Dunia maya memang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi masyarakat. Dunia maya tidak hanya menjadi tempat bertukar informasi, tapi juga digunakan tempat untuk jual beli, untuk perizinan, hingga pengawasan. Sistem online menjadi hal yang paling digemari saat ini. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari pengguna internet di Indonesia yang terus mengalami peningkatan. Penggunaan smartphone yang begitu tinggi, juga bisa mendukung peningkatan penggunaan internet. Wajar kiranya, media sosial begitu diminiati di Indonesia. Hampir semua bentuk medsos yang masuk di negeri ini, diterima oleh masyarakat Indonesia.
Yang menjadi persoalan adalah ketika dunia maya digunakan untuk kepentingan yang tidak baik. Dalam masa kampanye pilkada saat ini, media sosial justru sering digunakan untuk saling menjatuhkan pasangan calon. Media sosial justru banyak menyebarkan teror dan berita bohong. Akibatnya masyarakat jadi mudah terprovokasi, dan berpotensi melakukan tindakan-tindakan radikal. Jika hal ini sampai terjadi, dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas negara kita yang sangat plural ini.
Mari menjadi pribadi yang cerdas dalam bersosial media. Cek ricek informasi yang tersebar. Pastikan berita tersebut berasal dari sumber yang jelas. Dan yang tidak kalah penting adalah, gunakan logika kita untuk memilah milah berbagai informasi yang berkembang. Hal ini penting agar ada filter pada diri kita, dan kita tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan. Mari belajar dari kasus dugaan penistaan agama yang melibatkan Ahok ini, untuk menjaga perkataan kita. Kemarin, Buni Yani, si pengunggah video dugaan penistaan agama Ahok ditetapkan sebagai tersangka, lantaran penulisan statusnya di facebook.
Media sosial memang memberikan kebebasan untuk mengungkapkan ekspresi kita. Ketika media mainstream memberikan batasan informasi yang bisa dipublikasikan, media sosial justru memberi kebebasan seluas-luasnya. Filternya adalah ada pada diri kita sendiri. Jika kita tidak bisa memfilternya, dampaknya bisa buruk terhadap masyarakat. Publik akan mudah terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan. Dalam kasus radikalisme di Indonesia misalnya. Dunia maya telah berhasil merubah seseoran yang awalnya tidak radikal menjadi radikal. Banyak pelaku terorisme mengaku, mengenal paham radikalisme dari dunia maya.
Keberagaman Indonesia saat ini terus diganggu oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Kelompok radikal dan intoleran begitu masif memanfaatkan berbagai kesempatan, untuk terus melakukan penekanan. Dan pilkada DKI Jakarta, nampaknya menjadi pintu masuk bagi semua pihak untuk membuat keresahan. Sudah semestinya pihak aparat keamanan melakukan pengawasan dan penindakan, agar provokasi ini tidak terus berkembang. Begitu juga dengan level masyarakat, juga harus aktif menyebarkan pesan damai dan obyektif, agar informasi yang muncul menjadi berimbang.
Stop provokasi mulai detik ini. Biarkan masyarakat mendapatkan informasi tanpa ada unsur kebencian dan penghasutan. Biarkan masyarakat mendapatkan informasi secara utuh, tanpa harus diplintir. Sudah cukup negeri ini berkonflik antar sesama. Mari kita bergandengan tangan, saling menghormati demi terciptanya toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H