Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulama di Era Digital, Antara Otoritas dan Hoaks

15 Desember 2024   06:11 Diperbarui: 15 Desember 2024   06:11 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dakwah - pressreleasekontan.co.id

Di zaman sekarang, siapa saja bisa jadi "ulama" di dunia maya. Cukup dengan punya akun media sosial dan ngaku alim, kita bisa dapat banyak pengikut. Tapi, benarkah semua yang mereka katakan itu benar? Dulu, kalau mau tanya soal agama, kita biasanya ke masjid atau langsung ke ulama. Tapi sekarang, kita tinggal buka HP, banyak banget informasi agama yang bertebaran. Masalahnya, enggak semua informasi itu benar. Banyak yang cuma buat sensasi atau bahkan menyesatkan.

Gimana kita bisa bedain mana yang bener dan mana yang enggak? Kita harus jadi konsumen informasi yang cerdas. Jangan langsung percaya sama semua yang kita baca di internet. Cek dulu sumbernya, apakah dari ulama yang memang kredibel atau enggak.

Ulama yang sejati itu bukan cuma yang banyak followers, tapi yang ilmunya benar-benar dalam. Mereka biasanya punya latar belakang pendidikan agama yang kuat dan selalu belajar terus. Selain itu, ulama sejati juga punya sikap yang tawadhu, tidak sombong, dan selalu terbuka pada kritik.

Di era digital, kita butuh ulama yang bisa menyampaikan ajaran agama dengan cara yang moderat. Jangan sampai kita terjebak dalam perdebatan yang enggak penting dan malah memecah belah umat. Ulama harus jadi pemersatu, bukan pemecah belah.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sebagai masyarakat awam, kita harus menjadi masyarkat yang cerdas, Jangan mudah percaya dengan informasi yang belum jelas informasinya. Karena itulah memperkuat literasi menjadi sebuah keharusan di era digital ini. Tingkatkan pemahaman agama, agar kita bisa membedakan mana informasi yang benar dan mana yang salah. Ikutlah ulama yang kredibel. Follow akun media sosial ulama yang kita percaya dan bagikan konten-konten positif. Dan yang juga penting adalah jangan mengikuti informasi hoaks yang menyesatkan. Jangan pula menyebarkan informasi bohong tentang agama.

Di era digital, kita punya akses yang sangat mudah ke informasi agama. Tapi, kita juga harus waspada terhadap informasi yang menyesatkan. Mari kita jadikan agama sebagai sumber kedamaian dan persatuan. Pentingnya peran pemerintah dan lembaga agama untuk mengawasi penyebaran informasi agama di media sosial. Dengan begitu, kita bisa sama-sama menjaga keutuhan umat dan bangsa.

Di tengah maraknya informasi agama yang bertebaran di dunia maya, peran pemerintah sangat krusial untuk menjaga otentisitas dan otoritas ulama. Peran ulama sangat penting dalam menjaga keharmonisan umat beragama. Namun, di era digital, peran pemerintah juga sangat krusial untuk memastikan bahwa informasi agama yang beredar di masyarakat adalah informasi yang benar dan bermanfaat. Dengan adanya regulasi yang jelas, program literasi digital yang masif, serta kerjasama antara pemerintah dan lembaga agama, kita bisa menciptakan ruang digital yang kondusif untuk beragama.

Selain pemerintah dan ulama, kita sebagai masyarakat juga memiliki peran penting dalam menjaga otentisitas dan otoritas ulama. Mari bersama-sama kita ciptakan dunia maya yang lebih baik, di mana agama menjadi sumber kedamaian dan persatuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun