Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mempertahankan Semangat Berkurban dalam Berbagai Tradisi

22 Juni 2024   11:42 Diperbarui: 22 Juni 2024   11:45 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, seluruh umat muslim memperingati hari raya Idul Adha. Masyarakat sering menyebutnya sebagai hari raya kurban. Di hari tersebut, seluruh umat muslim yang mampu, dianjurkan untuk mengurbankan rezekinya dalam bentuk menyembelih binatang ternak. Di Indonesia, binatang ternak yang disembelih umumnya adalah sapi dan kambing. Daging binatang kurban tersebut kemudian dibagi-bagikan ke masyarakat sekitar, terutama masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Hari raya kurban merupakan tradisi umat Islam yang selalu disambut dengan kemeriahan. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk berbagi. Semua orang bergotong royong menyembelih, lalu memotong daging hewan yang telah di sembelih. Lalu dimasukkan ke dalam kantong, lalu disebarkan ke orang-orang sekitar tanpa pandang bulu. Bahkan tidak hanya umat muslim saja, banyak umat non muslim yang juga mendapatkan daging kurban tersebut.

Siapa yang sangka, tradisi berkurban ini tidak hanya ada pada umat muslim. Dalam tradisi Kristen dan Yahudi, juga mengenal tentang tradisi hari raya kurban ini. Dalam tradisi mereka, Nabi Ibrahim AS disebut sebagai Abraham. Dikenal sebagai seorang yang teguh, berkomitmen dan mempunyai iman yang kuat. Dia juga merelakan anaknya untuk disembelih sebagai kurban. Berkurban, nyatanya juga banyak diyakini oleh selain umat muslim. Tentu saja pemaknaannya berbeda, menurut keyakinannya masing-masing. Tidak ada masalah.

Dalam tradisi umat Kristiani, konsep pengorbanan bagian dari upaya untuk mendapatkan keselamatan. Seseorang yang melakukan kesalahan, harus menebusnya dengan berkurban. Namun karena dosa manusia begitu besar, Yesus yang kemudian melakukan pengorbanan, bagi penebusan dosa manusia. Sementara dalam tradisi Yahudi kuno, pengorbanan dilakukan dengan cara mengurbankan sapi untuk meminta pengampunan dosa.

Dalam konteks tradisi di Indonesia, dalam budaya Jawa, penyembelihan binatang kurban sudah menjadi kebiasaan ketika melakukan slametan. Dalam tradisi tersebut seringkali menyembelih ayam, kambing, sapi atau kerbau. Semuanya tersebut merupakan bentuk rasa syukur, atas berkat yang diberikan Tuhan selama ini. Tak heran jika konsep kurban ini, banyak diadopsi oleh suku-suku yang ada di Indonesia.

Dalam tradisi suku-suku yang lain, juga banyak dilakukan dengan cara penyembelihan binatang ternak. Daging binatang tersebut kemudian dibagi-bagikan sebagai bentuk rasa syukur. Dengan tetap mempertahankan tradisi tersebut, diharapkan kerukunan antar umat beragama di negeri ini tetap terjaga. Meski masing-masing agama, suku atau latar belakang yang lain mempunyai pemaknaan yang berbeda tentang semangat kurban, semuanya bertujuan baik. Semuanya bertujuan untuk kebaikan umat. Karena itulah tak perlu lagi dipersoalkan. Mari persoalkan diri sendiri, yang masih belum mempunyai semangat berkurban. Karena sejatinya semangat berkurban, harus diimplementasikan dalam perbuatan. Tentu saja dengan kemampuan yang ada, tanpa ada unsur pemaksaan. Semoga bisa jadi renungan bersama. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun