Berita 44 biksu Thudong singgah di Masjid Baiturrohmah, Bengkal, Temanggung, Jawa Tengah pada Minggu (19/5/2024) ramai menjadi pembicaraan. Kedatangan mereka viral dalam rekaman di media sosial. Dikabarkan bahwa mereka mampir untuk isitirahat dalam perjalanan menuju candi Borobudur. Tidak sedikit yang menduga jika biksu-biksu tersebut juga menyempatkan ibadah di dalam mesjid. Isu itupun menjadi bola liar di kalangan para warganet.
Isu itupun menuai komentar dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang ukhuwah dan dakwah, Muhammad Cholil Nafis. Menurutnya, apa yang terjadi merupakan sebuah kebablasan, terutama karena doa bersama tersebut dilakukan di dalam masjid. Lantas, perihal itu juga menuai pro dan kontra di kalangan warganet, mereka pun ramai membicarakannya. Satu yang menjadi perhatian adalah, mereka sesungguhnya belum mendapatkan kepastian/kebenaran apakah benar para biksu menjalankan ritual keagamaannya didalam masjid?
Akhirnya pada Selasa (21/6/2024), pejabat Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo bersama panitia Thudong 2024, Asisten II Sekda, Kabag Kesra Setda, Plt. Camat Kranggan, Polres, Kepala Kemenag, FKUB, Kepala Desa Bengkal dan takmir Masjid Bengkal membuat pernyataan sikap mengenai singgahnya Bhiksu Thudong ke Masjid Bengkal. Agung menyampaikan kegiatan tersebut memang rutin setiap tahun yang diselenggarakan oleh Bhiksu Thudong, mulai dari perbatasan Kecamatan Kaloran sampai dengan perbatasan Kabupaten Magelang.
Titik Istirahat rombongan biksu berada di Desa Bengkal. Panitia, kepala desa serta takmir masjid sudah melakukan kesepakatan sebelumnya untuk tempat singgah rombongan dipusatkan di kawasan masjid. Meskipun demikian, rombongan biksu hanya singgah di serambi masjid, bukan di dalam masjid untuk beristirahat sejenak.
Kemudian pada saat istirahat bersama itulah ada saling komunikasi antara takmir masjid dan para biksu untuk mendoakan masyarakat Desa Bengkal menjadi masyarakat yang sejahtera, makmur, dihindarkan dari malapetaka dan sebagainya. Begitu pula sebaliknya, dari takmir masjid pun juga turut mendoakan rombongan biksu agar dalam perjalanannya senantiasa diberi kelancaran, kesehatan dan keselamatan.
Jadi kegiatan yang terjadi, sifatnya hanya mendoakan, karena rombongan biksu Thudong merasa disambut dengan penuh kehangatan oleh takmir masjid dan masyarakat, jadi jauh dari proses ritual umat agama Buddha. Setelah selesai semuanya, para biksu hanya minum saja terus mereka melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Magelang.
Bisa kita cermati bahwa situasi dan bola liar yang bergulir di kalangan warganet adalah berdasarkan prasangka semata, mereka hanya mengira-ngira, berkomentar tanpa tahu situasi yang sebenarnya terjadi. Di zaman canggih saat ini, mudahnya komunikasi menggunakan perangkat elektronik dan maraknya penggunaan media sosial, prasangka buruk menjadi makin mudah dilakukan atau disebarkan. Hati dan jiwa yang dipenuhi kebencian dan mengedepankan prasangka buruk kepada orang-orang atau hal yang tidak disukai mendapatkan tempat dan rumah bersama lalu melahirkan caci maki, fitnah, dan hasutan bahkan sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan.
Allah SWT berfirman; "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu sekalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12).
Prasangka yang banyak mengandung dosa dan dilarang dalam ayat di atas adalah prasangka buruk. Prasangka buruk memang bukan sebuah tindakan dan aksi nyata, tetapi ia adalah penyakit hati yang bisa menggerakkan manusia berbuat sesuatu yang tercela. Bahkan Rasulullah SAW menyebut prasangka (buruk) sebagai "ucapan" yang paling dusta; "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta" (HR. Al-Bukhari).
Hadits di atas sangat penting untuk direnungkan dan dipahami karena penyakit hati berupa prasangka buruk merupakan maksiat yang samar dan terkadang diremehkan oleh manusia. Padahal Rasulullah SAW menyamakan prasangka buruk yang hanya berupa pikiran dan belum diucapkan itu dengan ucapan, bahkan ia disamakan dengan perkataan yang paling dusta.