Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebencian, Toleransi dan Indonesia

12 Mei 2024   09:09 Diperbarui: 12 Mei 2024   09:12 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta Damai - jalandamai.org

Kebencian dan toleransi merupakan hal yang saling bertolak belakang. Namun keduanya merupakan hal yang bisa dilepaskan dari keseharian. Hampir setiap hari kita bisa menemukan postingan bernada kebencian yang ada di media sosial. Penyebabnya pun bermacam-macam. Mulai dari masalah percintaan, masalah suka tidak suka, masalah perbedaan pilihan politik, dan lain sebagainya. Ironisnya, postingan kebencian tersebut begitu vulgar disebarluaskan. Masyarakat yang tingkat literasnya rendah, terkadang sulit membedakan mana yang benar dan mana yang tidak.

Sebelumnya, provokasi kebencian identik dengan kelompok radikal, yang terus mempropagandakan radikalisme di media sosial. Pendekatannya selalu dibenturkan dengan agama. Makanya pelabelan kafir, sesat dan lain sebagainnya menjadi begitu masif, hanya karena berbeda keyakinan. Padal, Indonesia mengakui beberapa agama. Jika memang ada tetangga, teman, bahkan saudara yang berbeda keyakinan, semestinya menjadi hal yang lumrah terjadi.

Seiring perkembangan waktu, provokasi kebencian tidak hanya dilakukan oleh kelompok radikal lagi. Tujuannya untuk membuat banyak orang terpapar kebencian, rupanya mulai menyasar beberapa korban. Terbukti, saat ini banyak masyarakat yang begitu mudah menyebarkan kebencian, dari pada menyebarkan hal-hal yang bersifat positif. Begitu mudah sekali orang terprovokasi kebencian, dari pada terprovokasi untuk berbuat kebaikan.

Ketika kebencian menjadi kebiasaan, itu yang berbahaya. Ketika kebencian hanya didasarkan pada persoalan yang sangat sepele, itu yang perlu kita khawatirkan. Kenapa? Karena kita sejatinya tidak mempunya tradisi untuk saing membenci antar sesama. Budaya kita adalah budaya saling menghargai dan menghormati antar sesama. Kita tidak pernah punya tradisi untuk saling menghujat satu dengan lainnya.

Bahkan, budaya kita sebagai masyarakat Indonesia mengajarkan untuk menebar kebaikan. Semua agama yang ada di Indonesia juga mengajarkan hal yang salam. Tidak ada satupun agama di Indonesia, yang mengajarkan untuk menebar kebencian, provokasi dan melakukan diskriminasi. Sebagai negara dengan mayoritas masyarakat beragama Islam, juga tidak ada satupun ajaran Islam yang mengajarkan untuk menebar kebencian.

Jangan mudah terprovokasi. Mari kita memperkuat literasi, agar tidak mudah terprovokasi. Tahun politik sudah usai, tak perlu lagi mempersoalkan siapa yang kalah dan yang menang. Mari bersatu untuk Indonesia. Negeri ini sangat luas, butuh generasi yang cerdas, tangguh dan tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Indonesia yang besar ini tidak boleh hancur karena ego masyarakatnya.

Mari tetap berdampingan dalam keberagaman. Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan segalanya. Jika antar sesama saling seteru hanya karena persoalan yang sepele, sungguh sangat disayangkan. Kita perlu meningkatkan daya saing, agar bisa bersaing dengan negara lain. Jangan sampai kita kalah, hanya karena tidak saling percaya pada kekuatan sendiri. Semoga kita semua bisa saling introspeksi, bisa saling menghargai dan menghormati. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun