Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartini Masa Kini, Emansipasi dan Literasi

28 April 2024   11:09 Diperbarui: 28 April 2024   11:15 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi - www.alinea.id

Baru saja perempuan Indonesia memperingati hari Kartini. Sebuah hari untuk menghargai perjuangan para perempuan, untuk mendapatkan keseteraan gender. Seperti kita tahu, budaya patriarki sempat menguat di era dulu. Perempuan cenderung dijadikan sebagai obyek. Padahal perempuan mempunyai potensi dan peranan yang sangat vital. Perempuan juga bisa menjadi subyek seperti laki-laki pada umumnya. Perjuangan yang dilakukan oleh RA Kartini itu, kemudian diapresiasi pemerintah dan setiap 21 April diperingati sebagai hari Kartini.

Di era yang serba modern ini, isu keseteraan gender tetap harus terus diingatkan, meski setiap tahunnya kita semua memperingati hari Kartini. Peringatan tersebut jangan sampai hanya menjadi rutinitas tahunan, yang tidak ada maknanya. Karena itulah, penting bagi semuanya untuk terus memberikan makna dalam setiap peringatan hari Kartini. Karena masih ada beberapa perempuan yang di daerah, yang mungkin masih terus memperjuangkan emansipasi, baik di lingkungan keluarga atau lingkungan sekitarnya.

Kartini masa kini tentu berbeda dengan era-era sebelumnya. Setiap era pasti mempunyai dinamika tersendiri. Ketika era RA Kartini, eranya adalah sebelum kemerdekaan. Dimana budaya patriarki masih begitu kuat. Ketika itu Kartini lahir dalam keluarga bangsawan Jawa di era Hindia Belanda. Ketika itu perempuan Jawa dilarang mendapatkan pendidikan tinggi. Namun Kartini yang bersekolah di sekolah dasar berbahasa Belanda, terus berusaha mendapatkan haknya untuk mengenyam pendidikan. Perjuangan Kartini kemudian berhasil melunturkan budaya patriarki yang ketika itu masih begitu kuat.

Kartini masa kini harus mempunyai pendidikan. Seandainya tidak bergelar sarjana, setidaknya bisa membekali dirinya dengan literasi. Setiap informasi yang diterima harus dipastikan valid dan berasal dari sumber yang terpercaya. Dengan membiasakan mengedepankan literasi, para perempuan akan bisa tumbuh menjadi perempuan yang smart, obyektif dan tidak mudah terprovokasi. Karena di era kemajuan teknologi informasi ini, provokasi kebencian begitu masif di media sosial.

Dengan bekal literasi yang kuat, harapannya para perempuan juga bisa terus memperjuangkan haknya. Meski saat ini sudah banyak para perempuan yang duduk di kursi direksi, banyak yang menjadi pemimpin, isu keseteraan gender tetap harus digaungkan. Karena bisa jadi masih ada sekelompok perempuan yang saat ini masih berjuang.

Perjuangan Kartini masih sangat relevan di era sekarang ini. Di era sekarang ini para perempuan harus tetap mendapatkan hak dalam pendidikan dan hak untuk berkarya. Hal ini penting agar perempuan Indonesia mempunyai kepercayaan diri, baik di lingkungan keluarga ataupun tempatnya bekerja. Tentu saja untuk mewujudkan hal ini bukan perkara yang mudah. Kebutuhan keluarga dan kerja, tetap harus seimbang agar bisa berjalan secara sinergi. Jika hal ini bisa dilakukan, tentu kualitas hidup para perempuan Indonesia akan lebih berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun