Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Radikalisme dan Tantangan Pencegahannya

26 Agustus 2023   12:28 Diperbarui: 26 Agustus 2023   12:29 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Radikalisme kerap dipakai untuk mengistilahkan banyak hal. Namun sejatinya, radikalisme adalah suatu sikap atau perbuatan menolak suatu ideologi bangsa dan negara tempat mereka tinggal dan membuat atau menerima ideologi baru untuk mereka.

Radikalisme bisa memapar siapa saja termasuk pada Aparatur Sipil Negara (ASN) dan prajurit TNI. Dua pihak ini tak lepas dari ancaman radikalisme meski dalam penerimaan sebagai ASN dan prajurit melalui mekanisme yang ketat. Fenomena keterlibatan mereka dengan radikalisme, terlihat dari beberapa kejadian yang sudah ada.

ASN misalnya. Kita bisa melihat banyak pegawai negeri yang bersimpati kepada perjuangan ISIS karena dinilai memperjuangkan apa yang merupakan khilafah yang menurut mereka itu adalah salah satu perintah agama yang penting. Mereka juga menilai bahwa hal itu tidak bisa mereka dapatkan di Indonesia yang menganut filosofi Pancasila dan bukan agama, meski secara kuantitatif, penganut Islam (muslim) memang terbanyak di Indonesia.

Itulah beberapa diantara mereka yang seide dengan ISIS, meski punya jabatan dan kehidupan yang baik di Indonesia mereka rela meninggalkannya dan berangkat ke Suriah. Di sana mereka terjebak pada janji palsu. Keadaan dan perjuangan ISIS di Suriah tidak seindah yang mereka impikan ketika di Indonesia. Sampai pada tahap dimana ISIS kalah telak melawan pemerintah resmi Suriah, dan para simpatisan ISIS dari seluruh dunia menjadi tahnan militer di Suriah. Keluarga mereka tercerai berai dan masa depan mereka tak jelas karena kepala keluarga mereka ditahan sebagai penjahat perang.

Paparan radikalisme ternyata juga terjadi di kalangan prajurit TNI. Meski tidak banyak terekspos, sekitar satu dekade lalu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, pernah mengatakan bahwa prajurit TNI tak lepas dari pengaruh papran radikalisme. Meski mereka ditnamkan filosofi kebangsaan yang cukup kuat tapi ternyata ada yang tidak bisa menghindari pengaruh itu. Ryamizard saat itu menaksir para prajurit yang terpapar adalah 3 % dari seluruh prajurit TNI, dari jabatan yang rendah sampai tinggi.

Seperti halnya keterlibatan ISIS di Suriah sejatinya adalah masalah politik. ISIS adalah kelompok oposisi dari pemerintah sah namun otoriter Suriah. ISIS ingin menggulingkan pemerintah yang sah itu dan diganti dengan kekhalifahan seperti pada masa lalu (terakhir adalah Utsmani). Lalu mereka menebar pengaruh ke seluruh dunia bahwa jika ingin berjuang di jalan agama maka mereka bisa bergabung dengan ISIS. Maka datanglah para simpatisan yang ikut berjuang demi kekhilafahan yang mereka yakini akan terwujud. Sejatinya ISIS membawa urusan politik mereka menjadi urusan agama yang diminati oleh banyak orang.

Diakui atau tidak memberantas faham radikalisme memang tidak mudah. Apalagi jika itu mulai ditanamkan sejak kecil. Sehingga memberantas radikalisme di langan ASN dan TNI adalah tantangan tersendiri. Kita semua perlu sadar soal sejarah kebangsaan Indoensia, fakta kebangsaan kita yang beragam dan ketahnan kita pada pengaruh luar karena filosofi negara yang kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun