Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Pandang Baru untuk 2024

11 Februari 2023   18:38 Diperbarui: 11 Februari 2023   18:55 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita sudah disuguhi berbagai macam manuver oleh beberapa tokoh politik soal pesta demokrasi 2024. Partai A saling klaim beberapa nama, sedangkan Partai B memamerkan mereka bisa dekat dan merangkul siapa saja.

Beberapa tokoh partai gurem pun menggeliat memamerkan bahwa mereka juga punya konstituen yang banyak dan tersebar luas di seluruh Indonesia. Mereka juga mengunggulkan kader-kader mereka yang sebagian besar adalah generasi muda berprestasi. Dengan geliatan itu, mereka mengharap akan bisa berkolaborasi dengan partai besar untuk mengusung calon bersama-sama dan unggul dalam pilres. Jika unggul, maka kader kader mereka juga akan terangkat. Ada yang yang Menteri, kepala ini itu dan sebagainya, singkat kata akan menguntungkan partai itu pula. 

Sebenarnya saat ini sampai Pilpres 2024 punya rentang waktu yang masih lama. Masyarakat Indonesia masih sibuk dengan kegiatan pasca pandemic Covid 19 yang menyusahkan itu. Mereka kini giat bekerja, bersekolah mengejar target-target yang tertunda sejak Covid. 

Bidang pariwisata misalnya. Bidang itu terpuruk, jatuh ke titik nadir saat Covid melanda. Tidak ada turis yang datang ke Bali karena memang dunia membatasi bahkan melarang bepergian ke luar negara dan luar provinsi. Sehingga bisnis dan kegiatan yang terkait dengan pariwisata seperti penerbangan, perhotelan, transportasi darat dll berhenti total. Begitu juga bidang-bidang informal termasuk UMKM yang juga berhenti. 

Hanya saja saat pandemic kita punya kegiatan baru yang nungkin sulit ditinggalkan yaitu bermedsos. Malah kegemaran bermedsos mencapai puncaknya saat Pilpres 2019. Saat itu ujaran kebencian dan politik identitas sangat dominan di medsos yang hingga masa Covid sampai sekarang jejak-jejak kebencian itu masih ada. 

Itu yang harus kita perbaiki untuk masa datang termasuk untuk masa Pilpres 2024. Politik identitas tak punya manfaat bagi semua warga negara. Malah kita bisa bilang bahwa lebih banyak mudarat dibanding manfaat. Kemudaratan itu menetes sampai kebawah sehingga sering masyarakat tidak bisa tenang dalam bekerja. 

Politik identitas membawa kebencian dan menguras energi untuk hal yang tidak perlu. Politik identitas juga membawa keterbelahan di masyarakat sehingga masyarakat secara tak sadar makin dijauhkan dengan yang lain dan tidak produktif. 

Mari kita tinggalkan itu semua dan menyongsong kontestasi 2024dengan cara pandang baru yaitu tanpa poltitik identitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun