Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jatidiri Anak Muda dan Kesalahan Mencarinya

15 Oktober 2021   12:39 Diperbarui: 15 Oktober 2021   12:52 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cnn indonesia

Pada saat seseorang berumur sekitar 12-20 tahun, banyak yang menyebut bahwa pada usia itu adalah umur bagi akil baliq seseorang. Secara psikologis dia mencari jati diri; siapa aku sebenarnya. Pada posisi itu seringkali dia mencarinya dengan jalan yang benar dan sebagian lagi dengan cara yang salah atau tidak sengaja salah.

Seorang pemudi pernah bercerita pada sebuah majalah soal pencariannya tentang dirinya dan nyaris saja berada di rel yang salah. Saat itu dia sedang berkuliah di semester awal dan bertemu dengan seseorang yang sedang mencari indekost. Karena indekost sang pemudi (sebut saja Eka) sedang ada yang kosong maka dia menawarkan pada seseorang itu.

Sampai di tempat kost sang kenalan baru ini bukannya bertemu dengan sang pemilik kost namun dia duduk di kamar Eka sambil melihat sekeliling. Matanya terantuk pada kitab Al-Quran milik Eka yang ada di atas meja. Kemudian percakapan dimulai dan mereka berbincang soal agama.

Setelah sang tamu tahu bahwa Eka sedang mencari atau belajar soal agama lebih dalam dia menawarinya bertemu dengan seorang kenalannya sembari meyakinkan Eka bahwa kenalannya itu dapat memberi "jawaban " atas pencarian Eka terhadap agama selama ini.

Pada pertemuan selanjutnya mereka bertemu di satu tempat (kamar) di mana sang kenalan tamu Eka mengenalkan sebagai Abu (sebut saja begitu). Dalam perbincangan itu Abu menerangkan lebih jauh soal agama dan menjawab beberapa pertanyaan Eka. Dia memperlihatkan bahwa tingkat ilmu agamanya jauh melampaui Eka.

Yang menarik perhatian Eka ketika Abu menganalogikan umat Islam dan non muslim (kafir) dengan apel. Jika ada satu apel busuk diantara 10 apel sehat dan baik, maka yang 10 bisa saja terkontaminasi menjadi busuk. Karena itu alangkah baiknya jika apel busuk itu dibuang sehingga 10 apel yang baik ini tetap layak untuk dimakan.

Umat yang punya pengajaran salah soal agama ibaratnya adalah apel busuk dan seharusnya mereka 'dijauhkan' dari apel sehat. Apel busuk sama dengan orang kafir atau yang tidak sepaham dengan mereka. Abu menegaskan bahayanya jika mereka berteman dengan orang kafir, apapun alasannya.

Lebih jauh Abu juga menganalogikan negara dengan sebuah mobil yang penuh dengan penumpang. Sang sopir atau pemimpin negara itu tidak handal atau tidak sesuai dengan Al Quran maka bisa jadi mobil itu masuk jurang dan membuat semua penumpangnya celaka. Atau salah jalan. Dia juga memberikan analogi-analagi yang lain yang semuanya mengarah bahwa kita harus pada tafsir al quran yang benar

.Eka kemudian bercerita bahwa dia sempat ragu soal itu dan kemudian mencari tahu lebih lanjut ke pesantren Daarut Tauhid di Geger Klong Bandung. Dari beberapa santri Eka memahami bahwa orang-orang macam Abu adalah orang yang memanfaatkan kelabilan anak muda untuk mencari jati diri dan memberi pemahaman soal agama .

Eka beruntung dengan mencari segala kebenaran soal agama ke pesantren di Geger Kalong Bandung. Beberapa kasus menunjukkan bahwa banya anak muda terjerumus dalam jalan yang salah dan kemudian mereka punya cita-cita unttuk mendirikan negara Islam di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun