Masa pandemi ternyata tidak menyurutkan pihak-pihak tertentu untuk terus melakukan perilaku yang tidak terpuji. Salah satunya adalah menyebarkan hoaks, provokasi dan hate speech. Mereka seakan tidak pernah mempedulikan, apakah sedang terjadi pandemi, bencana, puasa, tahun politik atau kondisi apapun, menebar hoaks seakan sudah menjadi perilaku yang melekat. Oknum-oknum yang seperti inilah yang harus terus diberikan 'vaksin'agar tidak mudah menjadi korban. Bisa jadi mereka karena kurangnya literasi, yang membuat mereka mudah termakan informasi hoaks.
Sebagai generasi penerus bangsa, tentu kita tidak ingin antar warga negara terus saling bertikai hanya karena informasi bohong. Sudah banyak contoh yang semestinya bisa kita jadikan pembelajaran bersama. Kasus pilkada DKI Jakarta, kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara adalah salah satu contoh yang mungkin bisa jadika pembelajaran. Jauh sebelum itu, banyak generasi muda bergabung dengan ISIS karena terprovokasi informasi yang menyesatkan.
Ironisnya, hoaks ini tidak hanya berhubungan dengan keagaman, politik atau politik, dalam kaitannya dengan pandemi covid seperti sekarang ini saja, juga banyak sekali hoaks yang beredar. Bahkan, kemenkominfo mendata ada lebih dari 2000 hoaks yang beredar di dunia maya sepanjang tahun 2000 silam. Sungguh sangat miris. Apa manfaatnya menyebarkan dosa? Bukankah menyebarkan informasi bohong itu bagian dari dosa? Jika kita memang merupakan pribadi yang religius, mengedepankan paham kebangsaan, semestinya menghentikan penyebaran hoaks dan tidak menggubris lagi informasi menyesatkan tersebut.
Nah, bagi masyarakat biasa apa yang bisa dilakukan? Tentu kita harus membiasakan diri untuk berpikir kritis. Cek ricek setiap informasi yang berkembang ke sumber yang tepat. Jika masih ragu tanyalah kepada yang ahli. Jika masih ragu juga, gunakanlah akal dan logika kita yang telah diberikan Tuhan. Gunakan semua fasilitas tersebut untuk memfilter setiap informasi yang kita terima.
Mari tetap saling sinergi, untuk mempertahankan negeri ini dari segala pengaruh buruk. Hoaks, apapun itu isinya, jelas memberikan pengaruh buruk bagi negeri ini. Mari saling kenali hoaks agar kita tidak mudah percaya dengan setiap informasi yang berkembang. Jika media mainstream tidak memberitakan, jika informasi tersebut meragukan, tidak perlu dipercaya. Dan yang juga penting adalah tidak perlu disebarluaskan. Karena salah satu perilaku buruk di era sekarang adalah sharing tanpa melakukan saring terlebih dulu.
Jika kita semua bisa saling sinergi, tentu penyebaran hoaks tersebut bisa diminimalisir dampaknya. Di masa pandemi ini, pemerintah terus diserang oleh kelompok tertentu, karena dianggap tidak becus menangani covid-19. Padahal, hingga saat ini belum ada satu pun negara di dunia ini, yang mengklaim  berhasil menangani penyebaran covid-19. Bahkan, beberapa negara sudah menghadapi gelombang kedua dan ada yang virusnya mulai bermutasi. Karena itulah, masa pandemi janganlah dihabiskan untuk mencari kesalahan. Mari kita gunakan untuk menyatukan kekuatan, menjalankan protokol kesehatan, dan tetap berinovasi agar kita tetap bisa survive melewati masa pandemi ini. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H