Melewati masa pandemi covid-19 ini memang sangat menjemukan, sangat menyebalkan, sekaligus mengkhawatirkan.
Setiap hari masih saja ada yang positif dan meninggal. Hingga 6 Juni 2020, setidaknya sudah 30.514 kasus terkonfirmasi positif, 18.806 dirawat, 1.801 meninggal dan 9.907 sembuh. Penambahan kasus baru di tanggal 6 Juni 2020 bahkan mencapai 993 kasus, mendekati 1.000.
Penambahan angka ini sungguh sangat signifikan. Awal Maret 2020, merupakan awal masuknya covid ke Indonesia, saat itu kasus terkonfirmasi positif masih 2 orang. Kini, bisa kita lihat penambahannya setiap hari sungguh sangat mengkhawatirkan.
Dengan masih adanya penambahan kasus positif ini, diperlukan komitmen dari kita semua untuk terus mengedepankan protokol kesehatan dalam setiap aktifitas sehari-hari. Terlebih saat ini memasuki proses transisi menuju kehidupan new normal.
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang selama ini dilakukan dalam beberapa bulan terakhir, mulai akan dilonggarkan agar roda perekonomian kembali berputar. DKI Jakarta merupakanprovinsi pertama yang akan memasuki masa transisi ini, meski jumlah kasus positif di provinsi ini masih ada setiap harinya.
Indonesia pada dasarnya pernah punya pengalaman dengan pandemi virus sebelumnya. Bahkan, virus tersebut tidak sepenuhnya hilang dari bumi ini.
Namun, karena kita semua bisa mengantisipasinya dan menjaga kesehatan, virus tersebut tidak menempel atau masuk dalam tubuh kita. Hal yang sama dengan virus corona ini.
Meski vaksinnya masih belum ditemukan di semua negara, kita harus tetap menjalani pandemi ini dengan optimis. Pada titik inilah diperlukan upaya untuk saling menguatkan satu dengan yang lain. Jangan lagi ada yang saling mencaci dan menebarkan provokasi atas nama apapun.
Tak dipungkiri, caci maki dan provokasi masih kita temukan di media sosial. Kita berharap perilaku negative itu mulai memudar, seiring dengan masih masifnya penambahan kasus positif. Jika diantara kita saling melemahkan, saling mencari kesalahan dan kejelekan, energi kita akan habis selama pandemi ini.
Alih-alih ingin menerapkan protokol kesehatan, hidup berdampingan saja kita tidak bisa karena sibuk mencari kesalahan dan kejelekan orang lain.
Alih-alih menguatkan imun, tanpa kita sadari kita justru melemahkan imun itu sendiri karena membiarkan amarah dan emosi mengendalikan diri. Dan ketika amarah itu mengendalikan, secara tidak langsung imun dalam diri pun menjadi tidak stabil dan cenderung melemah. Ketika melemah inilah potensi tertempel dan tertular virus akan sangat tinggi.