Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Be Smart", Jangan Diskriminasi Tenaga Medis dan Pasien Sembuh dari Covid

18 April 2020   15:18 Diperbarui: 18 April 2020   15:22 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghadapi pandemic corona memang tidak mudah. Apalagi setelah penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah membatasi ruang gerak kita semua. Dalam ruang gerak yang serba terbatas itu, kita dituntut untuk tetap survive, untuk tetap bisa bekerja, belajar dan beribadah meski dari rumah. Pasti, rasa bosan, suntuk, bahkan mungkin ada sebagian yang stress karena tidak bisa beraktifitas di luar rumah. Namun, semua itu harus dilakukan. Bukan untuk saya atau kamu, tapi ini demi kita semua. Selama kita masih bisa membatasi ruang gerak, maka penyebaran virus corona akan bisa ditekan. Dan jika hal itu bisa dilakukan oleh semua orang, maka angka kematian bisa diminimalisir.

Intinya, perlu perjuangan untuk melawan covid-19 ini. Siapapun itu. Hanya saja, saudara-sadara kita yang memang bekerja di rumah sakit, menjadi salah satu garda terdepan dalam penanganan pasien positif. Karena minimnya APD dan masker, tidak sedikit dari para tenaga medis ini juga ikut terpapar dan meninggal. Namun, tanpa jasa para tenaga medis ini, mustahil corona akan dikendalikan. Tanpa jasa mereka, akan banyak orang yang terpapar tanpa menyadarinya. Namun, tidak sedikit dari masyarakat kita yang justru mendiskriminasi para tenaga medis ini, ketika pulang ke rumah.

Padahal, para tenaga medis ini bisa jadi tidak pernah pulang ke rumah karena terus bertambahnya pasien positif corona. Ketika mereka ingin beristirahat bertemu dengan keluarga, masyarakat sekitar justru mendiskriminasikan, karena khawatir terpapar virus corona. Sikap semacam ini bisa jadi karena ketidaktahuan masyarakat tentang virus corona itu sendiri. Namun tidak sedikit yang bersikap seperti ini, karena terprovokasi oleh pemberitaan di media sosial.

Diskriminasi tidak hanya melanda para petugas medis, masyarakat yang anggota keluarganya dinyataan positif juga masih ada yang didiskriminasi. Bahkan, di Semarang sempat ada warga masyarakat yang menolak pemakanan jenazah yang meninggal karena corona. Hal ini sungguh membuat kita semua geleng-geleng kepala. Betul sekarang ini semua orang khawatir bisa terpapar corona. Betul semua orang saat ini berusaha melindungi diri dan keluarganya dari penyebaran corona. Namun jika cara perlindungan dan pencegahannya dilakukan dengan cara mendiskriminasikan orang lain, tentu sangat disayangkan.

Mari mencegah penyebaran corona dengan cara-cara yang benar. Mari kita jaga kesehatan diri, keluarga dan lingkungan. Stop saling menjelekkan orang lain, stop mencari kesalahan. Mari saling mengingatkan dan menguatkan satu sama lain. Kita adalah negara dengan nilai-nilai kearifan lokal yang tinggi. Mari saling berempati satu dengan yang lain. Corona ini merupakan momentum yang saling menebar kebaikan satu sama lain. Mari kita tebar optimisme dan pesan-pesan positif, agar kita senantiasi berpikir positif dan optimis. Salam sehat selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun