Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Tinggal Politik Kebencian, Selamat Datang Perdamaian

27 Oktober 2024   13:54 Diperbarui: 27 Oktober 2024   13:58 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan di dunia ini, bisa dipastikan kita akan mengalami perjumpaan dengan individu ataupun umat agama yang berbeda, bahkan juga budaya, bahasa, suku, dll yang berbeda. Perbedaan-perbedaan yang kita jumpai tentu saja bisa menimbulkan konflik. Pemanfaatan politik kebencian untuk memperuncing perbedaan-perbedaan yang ada ditengah masyarakat menyebabkan polarisasi. Sangat disayangkan, malah ada oknum yang sengaja memakai politik kebencian untuk mencapai tujuan tertentu.

Kebencian pada awalnya digerakkan oleh hasrat merebut kekuasaan dalam arena politik atau dunia olahraga lalu memasuki semua relung-relung dalam kehidupan dan mengancam sosiabilitas kita. Riak-riak ancaman, konflik memenuhi ruang-ruang publik menggoyang harmoni sosial bahkan keluarga. Sejak Pemilu 2014 polarisasi politik kebencian tak bisa kita lepaskan. Bahkan politik kebencian selalu dimobilisasi hingga terus membesar sampai 2024 ini.

Politik kebencian bak air bah mengalir deras menghantam siapa pun yang saling berbeda pilihan. Eksklusi dan sekat-sekat di dalamnya beroperasi menghasilkan dukungan politik khususnya dari generasi milenial dan massa yang belum menentukan pilihan. Ironisnya, dukungan eksklusif justru semakin menegaskan segregasi bukannya mewujudkan solidaritas dan kedamaian. Dinding tebal pemisah antara 'aku' dan 'kamu', 'kami' dan 'mereka' justru semakin kokoh. 

Wahai barisan para pendukung dan yang berseberangan, kini saatnya berdamai dan menghancurkan dinding tebal pemisah diantara kalian. Pak Prabowo sebagai presiden terpilih sudah memperlihatkan sikap kenegarawanan, menghormati Presiden Jokowi yang purna tugas, merangkul mereka yang berada di pihak berseberangan untuk bersama-sama membangun Indonesia tercinta. Kini tibalah saatnya untuk kalian menghancurkan dinding pemisah kembali menyatu menjadi anak bangsa, anak Indonesia, mari berjuang bersama untuk masa depan bangsa.

 Ayo kita kembalikan perbedaan sebagai rahmat yang memungkinkan interaksi, sinergi dan solusi. Mari kita berdialog tentang perbedaan, jangan lagi hanya menimbang kesamaan. Cukupkan sampai disini, jangan sampai terjebak dan terhasut lagi dalam politik kebencian dan terseret dalam permainan kekuasaan.

Kedamaian ada ketika kita mau menerima perbedaan, umat beragama, antar suku, antar budaya, atau siapapun yang berdiri berseberangan karena perbedaan pendapat diharapkan dapat memperkuat kerukunan. Kita jadikan agama dan segala perbedaan sebagai faktor pemersatu melalui dialog dan saling menghormati. Semoga kedepan akan tercipta keamanan dan ketertiban antar umat beragama dan juga mereka yang berbeda sehingga terwujud stabilitas Negara.

Apa yang harus dijaga oleh masing-masing pihak agar kedamaian itu terwujud, sebenarnya bukan merupakan kekuatan yang berada di tempat yang jauh, melainkan ada pada diri masing-masing. Kekuatan itu berada pada hati setiap orang. Setiap diri terdapat nafsu, manakala nafsu pada masing-masing orang berhasil ditaklukkan, maka kedamaian itu akan benar-benar terwujud. Oleh karena itu, kunci kedamaian itu sebenarnya terletak pada apa yang ada di dalam dada masing-masing orang. Taklukkan hawa nafsu, ucapkan selamat tinggal pada kebencian, sambutlah kedamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun