Beberapa hari lalu kita memperingati hari santri. Santri atau murid dalam pondok pesantren memang sangat banyak dan penting di Indonesia. Malah beberapa pondok pesantren punya beberapa mata ajaran bahasa China dan Inggris yang bisa menjadi bekal penting di kemudian hari.
Banyak juga jebolan pondok pesantren yang menjadi orang-orang profesional yang sangat diperhitungkan oleh dunia kerja. Kita bisa melihat misalnya Ipang Wahid yang merupakan anak dari Gus Solah yang mendalami ilmu periklanan dan komunikasi. Pada saat ini tidak ada yang menandingi Ipang Wahid sebagai profesional yang mumpuni di bidangnya.
Kita juga tidak bisa meremehkan Nurcholis Wahid, Abdurrahman Wahid , dll yang merupakan santri intelektual yang bisa mencapai puncak kehidupan berbangsa yaitu menjadi Presiden RI, menjadi guru bangsa dan pendiri universitas terkenal di Indonesia dll.
Peran santri dalam perjalanan berbangsa juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejarah menulis bahwa fatwa KH Hasyim Asyari mampu menggerakankaum santri kemudian merembet ke pemuda di Surabaya yang kemudian mengobarkan perlawanan mempertahankan kemerdekaan RI yang akan direbut kembali oleh penjajah Belanda melalui serangan Sekutu. Dari fatwa itu kemudian melahirkan perlawanan 10 November yang spektakuler sepanjang masa.
Karena itu santri dan pondok pesantren adalah bagian dari kehidupan berbangsa kita yang tidak dapat diremehkan . Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan ajaran moralitas, disiplin, dan semangat kebangsaan yang tak lekang dimakan zaman.
Hanya sayangnya ada beberapa pondok yang menodai fungsi dan tugas mereka. Ada beberapa yang melencengkan kewenangan menajdi pemimpin pondok dengan perbuatan asusila. Ini tidak terjadi di Jawa saja, namun juag di beberapa tempat di Indonesia. Penyelewenangan kewenangan ini menodai amanah yang sudah diberikan oleh para orangtua murid pondok.
Begitu juga beberapa pondok yang ditengarai mengajarkan faham radikal kepada muridnya. Beberapa hal ini karena mereka melihat teks ajaran saja dan tidak melihat konteks ajaran, sehingga kita bisa melihat di masa lalu beberapa pelaku pengeboman semisal bom Bali merupakan mantan santri dari pondok pesantren yang ditengarai radikal.
Karena itu semua komponen harus terus merawat dan menjaga kemurnian tujuan dari pondok pesantren dan para santri yang menuntut ilmu di dalamnya. Jangan sampai semangan kebangsaannya tergerus oleh zaman atau pengaruh-pengaruh radikal yang masuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H