Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jagalah Hakekat Hari Santri

25 Oktober 2024   15:05 Diperbarui: 25 Oktober 2024   15:51 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UIN Sunan Gunung Jati

Beberapa hari lalu kita memperingati hari santri. Santri atau murid dalam pondok pesantren memang sangat banyak dan penting di Indonesia. Malah beberapa pondok pesantren punya beberapa mata ajaran bahasa China dan Inggris yang bisa menjadi bekal penting di kemudian hari.

Banyak juga jebolan pondok pesantren yang menjadi orang-orang profesional yang sangat diperhitungkan oleh dunia kerja. Kita bisa melihat misalnya Ipang Wahid yang merupakan anak dari Gus Solah yang mendalami ilmu periklanan dan komunikasi. Pada saat ini tidak ada yang menandingi Ipang Wahid sebagai profesional yang mumpuni di bidangnya.

Kita juga tidak bisa meremehkan Nurcholis Wahid, Abdurrahman Wahid , dll yang merupakan santri intelektual yang bisa mencapai puncak kehidupan berbangsa yaitu menjadi Presiden RI, menjadi guru bangsa dan pendiri universitas terkenal di Indonesia dll.

Peran santri dalam perjalanan berbangsa juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejarah menulis bahwa fatwa KH Hasyim Asyari mampu menggerakankaum santri kemudian merembet ke pemuda di Surabaya yang kemudian mengobarkan perlawanan mempertahankan kemerdekaan RI yang akan direbut kembali oleh penjajah Belanda melalui serangan Sekutu. Dari fatwa itu kemudian melahirkan perlawanan 10 November yang spektakuler sepanjang masa.

Karena itu santri dan pondok pesantren adalah bagian dari kehidupan berbangsa kita yang tidak dapat diremehkan . Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan ajaran moralitas, disiplin, dan semangat kebangsaan yang tak lekang dimakan zaman.

Hanya sayangnya ada beberapa pondok yang menodai fungsi dan tugas mereka. Ada beberapa yang melencengkan kewenangan menajdi pemimpin pondok dengan perbuatan asusila. Ini tidak terjadi di Jawa saja, namun juag di beberapa tempat di Indonesia. Penyelewenangan kewenangan ini menodai amanah yang sudah diberikan oleh para orangtua murid pondok.

Begitu juga beberapa pondok yang ditengarai mengajarkan faham radikal kepada muridnya. Beberapa hal ini karena mereka melihat teks ajaran saja dan tidak melihat konteks ajaran, sehingga kita bisa melihat di masa lalu beberapa pelaku pengeboman semisal bom Bali merupakan mantan santri dari pondok pesantren yang ditengarai radikal.

Karena itu semua komponen harus terus merawat dan menjaga kemurnian tujuan dari pondok pesantren dan para santri yang menuntut ilmu di dalamnya. Jangan sampai semangan kebangsaannya tergerus oleh zaman atau pengaruh-pengaruh radikal yang masuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun