Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartini, dari Gelap Menuju Cahaya

28 April 2024   10:40 Diperbarui: 28 April 2024   10:43 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartini - sekolahricci.sch.id

Bulan April, selain April Mop atau April Fools' Day, dimana seseorang melontarkan kabar bohong mengenai suatu hal kepada orang lain, kemudian mengatakan "April Mop!" atau "April Fools!", sebagai tanda bahwa perkataannya hanyalah lelucon. Di Indonesia tentunya bukan hal itu yang menjadikan bulan April terasa begitu lekat dengan ingatan masyarakatnya. Sejak pemerintahan Presiden RI ke-1, Soekarno menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada tahun 1964, sejak itu pula masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini setiap tanggal 21 April.

Hari Kartini diperingati untuk mengenang jasa Raden Adjeng Kartini sebagai pahlawan perempuan dan pejuang emansipasi wanita di Indonesia. Berkat pemikiran dan kerja kerasnya, perempuan Indonesia diakui keberadaannya di ruang publik. Kartini sangat giat menggapai ilmu pengetahuan dalam keterbatasan kungkungan tradisi Jawa, ia tak pantang menyerah dengan keadaan di zamannya.

Ia juga menggugat cara mempelajari agama Islam tanpa mengetahui makna dari kitab suci Al-Qur'an, yang lantas menggugah Kyai Sholeh Darat untuk menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz hingga terkumpul 13 juz terjemahan. Kitab tafsir dan terjemahan Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur'an itu diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini, yang disebut sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia oleh Kartini. Kitab tafsir dan terjemahan tersebut dipelajari oleh Kartini secara serius dikala waktu luangnya. Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikutnya karena Kyai Sholeh meninggal dunia.

Berkat pertemuannya dengan Kyai Sholeh Darat inilah Kartini semakin kukuh dengan agama Islam, hal ini dapat kita lihat dalam suratnya tertanggal 21 Juli 1902 kepada Nyonya Abendanon; "Yakinlah nyonya, kami akan tetap memeluk agama kami yang sekarang ini. Serta dengan nyonya kami berharap dengan senangnya, moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama kami patut disukai."

 Dinukil dari oleh Prof KH Musa al-Mahfudz Yogyakarta, dari Kiai Muhammad Demak, menantu sekaligus staf ahli Kiai Sholeh Darat; melalui kitab Faidh al-Rahman pula Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya. Yaitu Surat Al-Baqarah ayat 257 yang mencantumkan, bahwa Allah-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minadh-Dhulumaati ilan Nuur).

Kartini terkesan dengan kalimat tersebut yang berarti dari gelap kepada cahaya karena ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya. Meski tak banyak diekspos, komitmen keislaman Kartini sangat kuat; itu tercermin dari salah satu suratnya tertanggal 21 Juli 1902 yang ditujukan kepada Ny. Van Kol. Isinya antara lain: "Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah..." 

Kartini juga menabur harapan akan kedamaian sesama peyembah Tuhan dan mempromosikan toleransi yang sudah memudar; "Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah kasih sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni,"

Semangat Kartini akan toleransi dan perdamaian serta semangat perlawanan terhadap belenggu tradisi yang merugikan harkat dan martabat perempuan hingga hari ini masih relevan. Isu poligami, perjodohan, pernikahan usia dini, dogma agama dan tradisi yang mengekang kaum perempuan seperti yang ditulis dalam surat-surat Kartini hingga saat ini masih ada.

Wahai perempuan Indonesia masa kini yang mempunyai hak dan kesempatan yang sama seperti lelaki, bisa pergi ke sekolah, bekerja, berkarya, dan berkontribusi untuk kemajuan bangsa, adakah terbersit oleh kalian untuk menciptakan keadaan menjadi lebih baik atau setidaknya tidak mundur kebelakang ke zaman kegelapan. Tidak malukah kita terhadap Kartini? Ia seorang dengan banyak keterbatasan, dipingit, tak mengenal pendidikan tinggi, tak mempunyai pengalaman hidup lebih dari 25 tahun namun pemikirannya mampu melampaui ruang dan waktu, goresan penanya menyuarakan kesetaraan kelas serta kesetaraan antar-bangsa pribumi dan orang Belanda.

Mari jadikan semangat dari Gelap Menuju Cahaya sebagai acuan kita untuk perbaikan karena setiap masa mempunyai kegelapan tersendiri. Terima kasih Ibu Kartini atas pemikiran serta perjuanganmu yang terabadikan dalam lembaran surat-surat agar dapat menjadi inspirasi kami dan generasi-generasi selanjutnya bahwa perjuangan tidak boleh terhenti karena setiap masa mempunyai tantangannya sendiri.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun