Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Palestina adalah Soal Kesalahan Penanganan, Bukan Soal Agama Semata

20 Mei 2021   06:38 Diperbarui: 20 Mei 2021   06:42 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghujung bulan Ramadhan dan awal Idul Fitri yang diperingati dengan meriah oleh sebagian besar kaum muslim di seluruh penjuru dunia, namun di sisi lain ada yang pilu saat itu. Kaum muslim yang ada di tanah Palestina harus menghadapi kekerasan yang dilakukan oleh Israel. Korbannya adalah masyarakat yang sedang beribadah tarawih dan menjalani puasa. Beberapa media memberitakan soal korban yang meninggal dan terluka karena serangan itu, termasuk juga wanita dan anak-anak.

Kisah ini memang menegangkan sekaligus mengejutkan karena tercatat sebagai serangan yang paling dahsyat sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Israel selalu menekan Palestina karena mereka merasa bahwa wilayah itu adalah tanah perjanjian seperti yang disebutkan di kitab suci kaum Yahudi. Padahal masyarakat Arab yang meninggali Palestina juga merasa bahwa tanah itu leluhur mereka.

Jika kita runut pada sejarah yang menyertai mereka, ini adalah rentetan penanganan koloni Inggris yang tidak terselesaikan dengan baik. Usai perang dunia pertama, Inggris mengambil alih kawasan yang terkenal dengan Palestina setelah kesultanan Utsmaniyah kalah dalam PD 1. Kawasan itu ditempati oleh minoritas Yahudi dan kaum Arab yang beragama Islam

Atas kebijakan Inggris, antara tahun 1920 -- 1940 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah Palestina. Saat situasi memburuk pada orang Yahudi di dunia karena anti semitisme di Jerman dan persekusi kaum Yahudi di beberapa negara di Eropa, semakin banyak lagi kaum Yahudi yang datang.

Kaum yang datang belakangan di Palestina punya perbedaan visi soal kaum mereka. Kaum Yahudi yang sejak awal tinggal di Palestina yang sering disebut Yishuv yang terbiasa hidup damai dan berdampingan dengan masyarakat Arab di Palestina; tidak punya keinginan untuk mendirikan negara sendiri, tapi kemudian muncul pertikaian sporadis sampai skala besar sejak itu.

Karena Inggris tidak bisa menyelesaikan dengan baik, kemudian masalah ini diserahkan kepada PBB. Lalu karena alasan kebangsaan, kaum Yahudi yang sebelumnya terusir dari Eropa berkeinginan untuk mendirikan sebuah negara Yahudi yang disebut dengan Israel pada tahun 1948. Lalu PBB juga mengelola wilayah itu namun konflik belum terselesaikan sampai sekarang, hingga pada serangan besar yang terjadi beberapa minggu lalu itu.

Sehingga, kita juga harus jernih melihat masalah itu dengan baik; bahwa konflik ini bersumber pada penanganan yang salah soal tanah ini , baik oleh Inggris bahkan oleh PBB yang belum juga mendapat solusi tepat soal wilayah itu. Jangan disempitkan soal agama dan perjuangan membentuk kekhalifahan.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun