Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kreatif Menebar Damai, Jangan Kreatif Menebar Provokasi

31 Agustus 2019   23:46 Diperbarui: 31 Agustus 2019   23:48 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai - jalandamai.org

Mungkin diantara kita tidak ada yang menyadari, bahwa kecanggihan teknologi akan bisa memberikan dampak negative, jika manusia tidak bisa menggunakan untuk kepentingan yang  baik. Jika manusia lebih mengedepankan egonya, teknologi akan bisa menjadi senjata yang mematikan.

Dengan kemampuannya, seseorang bisa merakit bom. Seseorang juga bisa menciptakan informasi bohong dan provokasi. Semuanya itu terjadi karena manusia tak bisa menggunakan teknologi untuk kebutuhan yang semestinya.

Tak dipungkiri, tingkat kreatifitas di era milenial ini memang begitu nyata. Ada saja yang bisa diciptakan anak-anak muda. Ada yang positif, tapi tidak sedikit pula yang negative. Salah satunya adalah menyebarkan ujaran kebencian.

Ironisnya, di tahun politik, penyebaran kebencian ini telah menjadi mesin penghasil uang. Seseorang dengan sengaja membayar orang lain, untuk menciptakan berita bohong dan menyebarkan kebencian di dunia maya.

Praktek menyimpang ini, nampaknya telah menjadi kebiasaan bagi sebagian orang. Kebiasaan menuliskan status sebagai bentuk ekspresi, perlahan mulai berubah untuk menyudukan, mendiskriminasikan, ataupun membenci orang lain. Karena tingkat literasi masing-masing orang berbeda, tidak sedikit yang menanggapi status kebencian tersebut.

Akibatnya, saling berbalas pantun status, kemudian merambah ke media sosial. Akibatnya, keramahan yang awalnya bisa kita temukan, sekarang perlahan berubah menjadi amarah. Seseorang bisa dengan cepat marah. Pertemanan bisa cepat putus, hanya karena provokasi informasi yang menyesatkan.,

Kreatifitas anak muda, harus diarahkan untuk kepentingan masyarakat, bukan kepentingan kelompok atau prihadi. Aparat kepolisian menyatakan kerusuhan yang terjadi di Papua, tidak bisa dilepaskan dari provokasi di media sosial.

Kepolisian mengakui telah mengetahui provokator yang telah sengaja mengacaukan tanah Papua. Meski sudah dikantongi namanya, ataupun sudah tertangkap sekalipun, kita semua harus berkomitmen untuk tidak menebarkan pesan kebencian dan provokasi di media sosial.

Tuhan telah memberikan kita semua akal. Akal inilah yang kemudian bisa melahirkan berbagai macam kreatifitas. Belajarlah untuk sudah menebar kesejukan dan kedamaian sejak dari dalam pikiran.

Jika pikiran kita damai, diharapkan segala ucapan dan perilaku yang keluar pun juga akan mengarah pada kedamaian. Dan Indonesia pada dasarnya dalah negara yang mengedepankan kemanusian, toleransi dan perdamaian. Karena itulah, mari kita berkomitmen untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai negara yang damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun