Mohon tunggu...
Nunik Setiyo Utami
Nunik Setiyo Utami Mohon Tunggu... karyawan swasta -

manusia yg masih harus belajar dan belajar terus..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mriyayeni

7 Januari 2016   00:12 Diperbarui: 7 Januari 2016   00:26 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makan siang hari ini sama saja dengan makan siang hari-hari lainnya. Setelah makan dan cicip-cicipan lauk, cuci-cuci wadah makan, maka sisa menit yang ada dipakai buat ngobrol ngalor ngidul yang akhirnya bahas gosip teranyar. Maklum, namanya perempuan #pembelaandiri. 

Gosip itu..eng ing eng.. manajer 38 tahun yang baru 2 bulan aja jadi duren setelah menikah selama 6 bulan (iya betul.. ga salah tulis kok) barusan jadian sama anak admin baru. La kan gak masalah to.. Sama-sama ga terikat kok.. hehehehe iya memang ga masalah. Namanya juga bergosip. Yang dibahas bukan bermasalah atau enggaknya, tapi cocok apa enggak admin baru tersebut sama sang duren. Laksana pakar kepribadian ulung, Cik En, asmen divisiku yang sudah kepala 5 ini, menganalisa bahwa admin baru tersebut tak akan mampu menandingi si duren. Secara si duren adalah sosok dari golongan priyayi sedangkan si admin baru, walau cantik manis menawan, ga ada potongan yang mriyayeni blas.

Mriyayeni adalah tingkah laku seperti priyayi termasuk didalamnya adalah cara berpakaian. La menurut Cik En, si admin baru itu ga ada tanda-tanda mriyayeni blas. Dilihat dari pakaiannya dan aksesoris yang dipakai, semuanya dikomentari dan dianggap kategori biasa saja. Akhirnya aku ga tahan, tanya juga deh.. Gimana sih Cik En, pakaian yang mriyayeni itu? La tak lihat itu admin, cara pakaiannya asyik juga kok.. Aku bertanya karena memang ga paham gimana berpakaian yang mriyayeni itu. Cik En, keturunan China asli yang lahir dan besar di Pati Jawa Tengah sementara aku keturunan Jawa asli lahir besar di pedesaan Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Cik En sejak kecil mengenal golongan priyayi dan diajarkan untuk menjadi priyayi sementara aku anak bebas merdeka ga terikat peraturan-peraturan rumit yang ada. Jadi wajar dong kalo Cik En paham gimana berpakaian secara mriyayeni itu. Dan memang, walau gaya berpakaian Cik En santai, tapi tetap pas dan baju, sepatu, tas punyanya ga ada yang murah. La wong sekali belanja baju bisa habis 3 jutaan je.

Menurut Cik En, cara pakaian mriyayeni itu anggun, elegan, bajunya cocok dan menawan. Nah si admin baru itu, cuman pakai kemeja biasa sama celana panjang saja tiap hari. Sepatunya pun kets yang itu-itu saja. Walau aku tahu sepatu ketsnya mahal (secara aku pernah lihat mereknya converse). Tasnya gak ganti-ganti. Coba bandingkan sama istri sang duren sebelumnya. Gaya berpakaiannya super chic, selalu enak dilihat dengan sepatu yang selalu hak tinggi dan bergaya dengan tas-tas yang keren. Memang sih, kalo dibandingkan sama mantan istri duren, gaya berpakaian si admin kalah jauh lah. Secara si mantan istri selalu up to date sama mode terbaru.

Tapi kan Cik En, nyatanya sang duren cuman tahan 6 bulan menikahi si chic kan. Sapa tau hayo dengan admin baru yang cantik manis menawan dan ga mriyayeni itu malah bisa bertahan lama. Secara sekarang perbedaan kasta dalam pernikahan sudah ga berlaku lagi kok. La kalo si admin yang cantik manis menawan tapi ga mriyayeni aja ga pantes dapat duren yang priyayi itu, apalagi aku.. hikhik.. Cik En langsung ngakak. La nek kamu itu sih bebek. Blas ga perhatian sama cara berpakaian. Mboh cocok apa ga jilbabmu sama bajumu, ya ditrabas saja. Itu sepatu sobek sejak kapan dipakai terus.. Gimana mau dapat suami..

Wuawuawua.. tapi Cik En, biar sobek itu sepatu nyaman banget dipakai jalan lo Cik En.. hikhik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun