Mohon tunggu...
Nunik Ayu Wulandari
Nunik Ayu Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saat ini saya sedang menempuh Pendidikan Profesi Guru Prajabatan, sembari menempuh pendidikan ini saya juga menjalankan sebuah bisnis kecil dibidang bakery. Hobi saya baking dan bernyanyi, sehingga sering kali ketika saya sedang baking untuk menghibur diri saya juga bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menciptakan Lingkungan Belajar yang Bersih dan Bertanggungjawab

20 Maret 2024   08:00 Diperbarui: 20 Maret 2024   08:02 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.rumahsae.com/2019/01/pengelompokan-sampah-pada-bank-sampah-menurut-jenis-materialnya.html

Pengalaman mengajar sebelumnya di sekolah daerah telah memperlihatkan perlunya peningkatan kesadaran lingkungan dan tanggung jawab sosial peserta didik. Melalui inisiatif proyek bank sampah, penulis berhasil melibatkan peserta didik secara langsung dalam pengelolaan sampah, menciptakan perubahan positif dalam kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Dengan menggabungkan pengalaman berharga ini dan tantangan di SMP Negeri 20 Surakarta, penulis yakin bahwa pendekatan Project-Based, seperti pengelolaan bank sampah, dapat menjadi solusi efektif untuk menciptakan perubahan di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, program Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan Karakter di SMP Negeri 20 Surakarta dirancang dengan keyakinan bahwa melibatkan peserta didik dalam proyek lingkungan akan menjadi langkah positif untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab mereka terhadap kebersihan sekolah dan lingkungan sekitarnya, serta membentuk karakter yang bertanggung jawab di masa depan.

PEMBAHASAN

  • Konteks Masalah Lingkungan di SMP Negeri 20 Surakarta
  • Perubahan lingkungan sekolah dari awal yang sangat bersih menjadi semakin tercemar oleh sampah menjadi perhatian serius selama masa pengabdian di sebuah sekolah berbasis pondok pesantren. Meskipun awalnya terkesan dengan kebersihan sekolah, namun, seiring berjalannya waktu, terungkap bahwa masih banyak peserta didik yang kurang peduli terhadap lingkungan mereka. Salah satu masalah utama yang muncul adalah sampah bekas jajan yang ditinggalkan sembarangan, mengakibatkan sebagian lingkungan sekolah terlihat kotor. Dalam merespons situasi ini, rekan guru mengembangkan program inovatif yang disebut "Pengadaan Bank Sampah." Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap tanggung jawab mereka terhadap kebersihan lingkungan sambil memperkuat karakter tanggung jawab. Sejalan dengan penelitian oleh Pratiwi et al. (2020), perilaku peduli lingkungan dan tanggung jawab merupakan aspek esensial yang harus dikembangkan pada generasi muda, terutama mengingat tantangan kerusakan lingkungan global.
  • Program ini melibatkan peserta didik dalam pengelolaan sampah dengan bantuan tim guru sebagai pembimbing. Mereka bertanggung jawab atas pengumpulan sampah secara bergilir setiap 2 hari, menciptakan tanggung jawab kolektif di seluruh kelas. Untuk memberikan insentif kepada peserta didik, bintang diberikan sebagai penghargaan kepada mereka yang secara mandiri menyumbangkan sampah botol, yang kemudian dapat ditukarkan dengan voucher di kantin sekolah. Program juga melibatkan peserta didik dalam pemilahan sampah organik dan anorganik serta mengolahnya menjadi kerajinan tangan, menciptakan kesadaran akan daur ulang dan keberlanjutan. Meskipun program ini memberikan dampak positif terhadap kebersihan lingkungan sekolah, melibatkan peserta didik dalam kegiatan produktif dan kreatif, serta mengajarkan nilai-nilai tanggung jawab, kerjasama, dan keberlanjutan, masih ada beberapa kendala yang dihadapi. Kendala tersebut mencakup kesulitan dalam pemilahan sampah tertentu dan keterbatasan sumber daya untuk mengolah semua sampah. Namun, langkah kecil ini memberikan harapan bahwa kesadaran lingkungan dapat ditanamkan sejak dini dalam diri generasi penerus.
  • Gagasan pengadaan bank sampah di SMP Negeri 20 Surakarta muncul sebagai respons terhadap eskalasi masalah lingkungan, terutama permasalahan sampah dan limbah plastik. Pendidikan karakter menjadi pendorong utama, di mana sekolah ingin mengajarkan nilai-nilai positif kepada peserta didik, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan. Pengelolaan sampah melalui bank sampah di SMP Negeri 20 Surakarta menjadi langkah konkret untuk mengaplikasikan nilai-nilai seperti tanggung jawab, kerjasama, dan kepedulian. Ide ini mungkin muncul dari kesadaran akan kondisi lingkungan global yang semakin memprihatinkan, serta adanya pengalaman pribadi atau kelompok dalam menghadapi masalah sampah. Inisiatif dari individu atau kelompok kecil yang merasakan dampak negatif dari kurangnya pengelolaan sampah dapat menjadi pemicu untuk membawa perubahan positif. Pengenalan konsep bank sampah sebagai model efektif dalam mengelola sampah juga dapat memainkan peran penting dalam munculnya ide ini.
  • Tak kalah penting, dukungan dan dorongan dari pihak sekolah menjadi faktor krusial. Ketika sekolah terlibat aktif dan mendukung gagasan ini, baik dalam bentuk fasilitas maupun pengakuan terhadap nilai-nilai pendidikan karakter yang ingin ditanamkan, ide tersebut dapat berkembang menjadi suatu inisiatif yang nyata. Pendidikan karakter, seperti yang diakui oleh Ismail (2021), melibatkan moral absolut sebagai dasar untuk mengajarkan generasi muda membedakan baik dan benar, mencakup kebiasaan, nilai afektif, dan perilaku. Melibatkan seluruh komunitas sekolah, baik peserta didik maupun staf pengajar, gagasan pengadaan bank sampah di SMP Negeri 20 Surakarta tidak hanya menciptakan lingkungan fisik yang bersih, tetapi juga membentuk sikap positif terhadap tanggung jawab lingkungan di kalangan generasi muda. Inisiatif ini sejalan dengan semangat keberlanjutan yang semakin mendesak untuk diimplementasikan dalam pendidikan masa kini, sebagaimana diwujudkan dalam UU No. 23 Tahun 1997, yang menyatakan lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, termasuk manusia, yang melangsungkan perikehidupan serta kesejahteraan. (Masruroh, 2018).
  •  
  • Konsep dan Implementasi Program "Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan Karakter
  • Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan pendekatan Project-Based, dimana program Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan Karakter di SMP Negeri 20 Surakarta diimplementasikan. Proses dimulai dengan observasi awal terhadap kondisi lingkungan sekolah selama Pelaksanaan Pengalaman Lapangan (PPL) 1 di SMP Negeri 20 Surakarta, yang mencakup penyebaran sampah dan perilaku peserta didik terkait tanggung jawab terhadap lingkungan. Setelah itu, program ini akan melibatkan peserta didik dalam merancang dan melaksanakan proyek lingkungan, dengan dukungan tim guru sebagai pembimbing. Data akan dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan evaluasi kontinu terhadap progres program. Teknik analisis kualitatif akan diterapkan untuk mengidentifikasi perubahan kesadaran, tanggung jawab, dan perilaku peserta didik terhadap kebersihan sekolah dan lingkungan. Selain itu, insentif berupa penghargaan dan voucher akan diberikan kepada peserta didik yang aktif berpartisipasi dalam program, seperti menyumbangkan sampah botol dan membantu dalam pengelolaan sampah, sebagai upaya meningkatkan motivasi peserta didik. Meskipun penelitian ini mungkin dihadapkan pada beberapa keterbatasan, seperti kesulitan dalam pemilahan sampah tertentu dan keterbatasan sumber daya untuk mengolah semua sampah, langkah-langkah kecil ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesadaran lingkungan peserta didik. Dengan demikian, metode penelitian ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang efektivitas program Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan Karakter dalam menciptakan perubahan perilaku positif di kalangan peserta didik di SMP Negeri 20 Surakarta.
  • Observasi selama Pelaksanaan Pengalaman Lapangan (PPL) 1 di SMP Negeri 20 Surakarta mengungkapkan rendahnya kesadaran lingkungan dan tanggung jawab sosial peserta didik. Kebersihan fisik sekolah hanya menjadi catatan, sementara minimnya rasa memiliki terhadap lingkungan dan kurangnya pemahaman tentang dampak tindakan terhadap keberlanjutan lingkungan menimbulkan kekhawatiran serius. Sampah berserakan, khususnya bekas makanan atau minuman di sekitar kantin, mencerminkan kurangnya tanggapan peserta didik terhadap kebersihan lingkungan. Fenomena ini tidak terbatas di kantin, melainkan juga menyebar di dalam dan di luar kelas. Tingginya jumlah sampah serupa menciptakan lingkungan belajar yang tidak kondusif dan mencerminkan minimnya tanggung jawab sosial peserta didik terhadap lingkungan sekolah. Lingkungan yang bersih dan kondusif memiliki peran penting dalam menciptakan suasana belajar yang optimal. Namun, fenomena sampah yang meningkat di SMP Negeri 20 Surakarta mencerminkan ketidakseimbangan antara tujuan pendidikan berkualitas dan kesadaran peserta didik terhadap tanggung jawab mereka terhadap lingkungan. Pendidikan abad ke-21 tidak hanya seharusnya memfokuskan pada transfer pengetahuan, tetapi juga menciptakan warga negara yang sadar akan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
  • Program "Pengadaan Bank Sampah" di SMP Negeri 20 Surakarta diinisiasi sebagai langkah konkret untuk memerdekakan peserta didik dalam merespon fenomena sampah yang meningkat. Melalui program ini, peserta didik tidak hanya membantu membersihkan lingkungan, tetapi juga diberdayakan untuk mengambil peran aktif dalam pengelolaan sampah, pemilahan, dan daur ulang. Langkah ini sejalan dengan semangat pendidikan abad ke-21 yang mengedepankan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pentingnya pendidikan yang berfokus pada peserta didik dan memerdekakan mereka terwujud dalam pengembangan karakter, termasuk kesadaran akan kebersihan lingkungan. Lingkungan belajar yang kondusif dan bersih menciptakan landasan yang kuat bagi pembentukan pribadi yang bertanggung jawab dan peduli terhadap sekitar mereka. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kebersihan dan kepedulian lingkungan ke dalam kurikulum, sekolah dapat menjembatani kesenjangan antara tujuan pendidikan abad ke-21 dan realitas lingkungan sekitar. Menurut Najib (Purwanti, 2017), tujuan pendidikan karakter mencakup menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, membentuk kecerdasan emosional dan spiritual peserta didik, menguatkan perilaku positif, mengoreksi perilaku negatif, dan memotivasi peserta didik untuk mewujudkan kebaikan. Marsanti (Purwanti, 2017) menambahkan bahwa tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan adalah mendorong perilaku terpuji, meningkatkan kemampuan menghindari perilaku merusak lingkungan, memupuk kepekaan terhadap kondisi lingkungan, dan menanam jiwa peduli dan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, program "Pengadaan Bank Sampah" tidak hanya menjadi solusi nyata untuk permasalahan sampah, tetapi juga melibatkan peserta didik dalam pengembangan karakter positif dan tanggung jawab lingkungan.
  • Dalam menghadapi dinamika perubahan abad ke-21 yang kompleks, dibutuhkan pendekatan pendidikan yang inovatif dan adaptif. Program "Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan Karakter Menuju Peserta Didik yang Bertanggung Jawab" muncul sebagai respons konkret untuk menciptakan perubahan signifikan dalam kurikulum dan pembelajaran. Pendekatan utama yang diadopsi dalam program ini adalah Project-Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek. PBL dipilih karena memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami pembelajaran kontekstual dan terintegrasi dengan dunia nyata. PBL dalam program ini memberikan dimensi praktis yang diperlukan untuk menghadapi isu-isu lingkungan. Peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari buku teks, tetapi juga mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam merancang solusi konkret untuk masalah lingkungan yang dihadapi. Kelebihan utama dari pendekatan PBL adalah memberikan pengalaman belajar yang menyeluruh dan mendalam. Peserta didik tidak hanya mengembangkan pemahaman konseptual, tetapi juga keterampilan praktis seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan kerjasama tim. Pendekatan Project-Based Learning diarahkan untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam konteks nyata. Proyek lingkungan dalam program ini menciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan karakter yang diperlukan di era abad ke-21. Mereka tidak hanya belajar tentang tanggung jawab terhadap lingkungan, tetapi juga terlibat secara langsung dalam usaha untuk menciptakan perubahan positif. Dengan mengintegrasikan pendidikan karakter melalui PBL, program ini bertujuan menciptakan generasi yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga kapasitas untuk bertindak dan berinovasi dalam mengatasi kompleksitas masalah abad ke-21. Program "Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan Karakter" diharapkan dapat melibatkan peserta didik dalam pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
  • Selain itu, pengalaman proyek bank sampah sebelumnya di sekolah menjadi titik fokus dalam latar belakang. Proyek tersebut tidak hanya menciptakan kesadaran lingkungan, tetapi juga melibatkan peserta didik secara langsung dalam manajemen sampah dari pengumpulan hingga pemanfaatan. Hasil dari proyek tersebut digunakan untuk kegiatan amal dan proyek sosial di masyarakat sekitar, menciptakan pemahaman bahwa upaya kecil dalam mengelola sampah dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Pengalaman proyek bank sampah sebelumnya menjadi landasan yang kuat dalam merancang program serupa di sekolah saat ini. Kesuksesan proyek sebelumnya memberikan bukti bahwa melibatkan peserta didik secara langsung dalam inisiatif semacam ini dapat menciptakan perubahan positif dalam perilaku dan sikap mereka terhadap lingkungan. Oleh karena itu, proyek bank sampah yang direncanakan di sekolah ini diharapkan dapat melanjutkan warisan positif ini dan merangsang partisipasi aktif serta tanggung jawab peserta didik terhadap keberlanjutan lingkungan. Melalui pengalaman berharga proyek bank sampah di sekolah sebelumnya, penulis meyakini bahwa pendekatan Project-Based, seperti pengelolaan bank sampah, dapat menjadi solusi efektif untuk menciptakan perubahan di SMP Negeri 20 Surakarta. Program "Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan Karakter Menuju Peserta Didik yang Bertanggung Jawab" di SMP Negeri 20 Surakarta didesain dengan keyakinan bahwa melibatkan peserta didik dalam proyek lingkungan akan menjadi langkah positif menuju pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan mereka dalam pembelajaran abad ke-21.Langkah-langkah Pengadaan Bank Sampah yang Baik dan Benar di SMP Negeri 20 Surakarta:
  • Mengidentifikasi kebutuhan dan tujuan pendidikan lingkungan melalui pengadaan bank sampah. Mempertimbangkan aspek kebersihan, pendidikan karakter, dan keterlibatan peserta didik.
  • Membentuk tim pengelola bank sampah yang terdiri dari guru, staf sekolah, dan peserta didik yang berkomitmen untuk mengelola dan mempromosikan program ini.
  • Melakukan edukasi kepada seluruh komponen sekolah mengenai keberlanjutan lingkungan dan pentingnya pengelolaan sampah. Mensosialisasikan tujuan pembentukan bank sampah.
  • Melakukan audit sampah untuk menilai jenis dan volume sampah yang dihasilkan oleh sekolah. Analisis ini menjadi dasar untuk perencanaan pengelolaan sampah yang efektif.
  • Menyusun peraturan dan tata tertib pengelolaan sampah di sekolah. Pastikan setiap anggota sekolah memahami dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.
  • Mempersiapkan tempat-tempat penampungan sampah yang terpisah berdasarkan jenisnya, seperti sampah organik dan anorganik. Pastikan adanya fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan pengelolaan sampah.
  • Melibatkan peserta didik dalam seluruh proses, mulai dari perencanaan, pengumpulan, pemilahan, hingga pemanfaatan sampah. Dorong partisipasi aktif mereka dalam kegiatan proyek.
  • Melakukan pemantauan secara berkala terhadap progres program. Evaluasi rutin membantu mengidentifikasi keberhasilan dan potensi perbaikan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah.
  • Menerapkan sistem reward bagi peserta didik yang berkontribusi secara aktif dalam pengelolaan sampah. Ini dapat mencakup penghargaan, sertifikat, atau insentif lainnya sebagai bentuk pengakuan atas partisipasi mereka.
  • Mengembangkan produk-produk daur ulang dari sampah yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah atau dijual untuk meningkatkan kesadaran ekonomi di antara peserta didik.

Dengan implementasi langkah-langkah tersebut, diharapkan bank sampah di SMP Negeri 20 Surakarta dapat menjadi pusat pendidikan karakter yang menanamkan nilai tanggung jawab, kebersihan, dan kesadaran lingkungan pada peserta didik. Program ini diharapkan mampu memajukan pembelajaran abad ke-21 melalui pendekatan Project-Based yang praktis dan memberikan dampak nyata pada keberlanjutan lingkungan sekolah. Tahapan Pelaksanaan:

  • Menyusun proposal proyek yang jelas dan rinci, mencakup latar belakang, tujuan, ruang lingkup, manfaat, serta rencana pelaksanaan proyek.
  • Mengajukan permintaan pertemuan dengan kepala sekolah untuk menjelaskan tujuan dan manfaat program secara singkat.
  • Mempresentasikan proposal proyek kepada kepala sekolah, menyoroti dampak positif yang mungkin dimiliki oleh program ini terhadap lingkungan sekolah.
  • Menyertakan data pendukung, seperti hasil identifikasi kebutuhan dan dukungan dari peserta didik atau guru tertentu, untuk meyakinkan kepala sekolah.
  • Menjelaskan bagaimana program ini melibatkan warga sekolah secara aktif dan bahwa partisipasi mereka akan meningkatkan keberhasilan program.
  • Menjelaskan secara rinci tentang bagaimana program ini akan dielola dan dimonitor, memberikan jaminan bahwa tidak akan mengganggu kegiatan sekolah.
  • Memberikan kesempatan kepada kepala sekolah untuk memberikan pertanyaan atau masukan terkait program dan memberikan klarifikasi jika diperlukan.
  • Menyarankan pertemuan dengan warga sekolah untuk mempresentasikan program dan mendapatkan dukungan mereka, menjelaskan manfaat yang mereka dapatkan.
  • Mendapatkan persetujuan dan dukungan resmi dari kepala sekolah, dengan mendokumentasikan persetujuan tersebut.
  • Melakukan sosialisasi program kepada warga sekolah melalui berbagai media komunikasi, seperti pengumuman di papan pengumuman sekolah atau pertemuan orang tua.
  • Terus melakukan evaluasi dan pemantauan proyek selama berlangsung, serta memberikan laporan perkembangan kepada kepala sekolah dan warga sekolah secara berkala.

 

KESIMPULAN

Dalam mengakhiri makalah ini, dapat diungkapkan bahwa implementasi program "Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan Karakter Menuju Peserta Didik yang Bertanggung Jawab" dengan "Pengadaan Bank Sampah" di SMP Negeri 20 Surakarta mewakili langkah konkret dalam merespons tantangan pendidikan abad ke-21. Program ini berhasil mengintegrasikan aspek pendidikan karakter, keberlanjutan lingkungan, dan pendekatan Project-Based Learning (PBL), menciptakan pengalaman belajar holistik dan relevan bagi peserta didik. Simpulan dari perencanaan program ini menunjukkan bahwa melibatkan peserta didik dalam manajemen sampah, termasuk pengadaan bank sampah, efektif merubah pola pikir dan perilaku mereka terkait kebersihan lingkungan. Peserta didik bukan hanya menjadi penonton, melainkan pelaku aktif dalam setiap tahap pengelolaan sampah. Dengan cara ini, mereka tidak hanya memahami konsep kebersihan lingkungan, tetapi juga mengembangkan keterampilan karakter seperti tanggung jawab, kerjasama, inisiatif, dan kepedulian sosial.

Langkah-langkah pengadaan bank sampah yang baik dan benar di SMP Negeri 20 Surakarta, mulai dari identifikasi kebutuhan hingga reward system, diharapkan mampu memberikan dasar yang kokoh untuk keberhasilan program ini. Program ini tidak hanya bertujuan menciptakan peserta didik yang memiliki kesadaran lingkungan dan tanggung jawab sosial, tetapi juga mendorong partisipasi aktif seluruh warga sekolah, menciptakan lingkungan belajar bersih, kondusif, dan penuh nilai-nilai karakter positif. Sebagai penutup, perlu ditekankan bahwa perubahan yang signifikan memerlukan kolaborasi dan keterlibatan seluruh komunitas sekolah. Program ini menjadi wujud nyata dari semangat Transformasi Pendidikan Abad ke-21, yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter peserta didik untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan. Dengan harapan, program ini dapat menjadi contoh inspiratif bagi sekolah lain dalam upaya menciptakan pendidikan yang holistik, relevan, dan berdampak positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun