Mohon tunggu...
Nuni Handayani
Nuni Handayani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Accounting, Gunadarma University

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Harum" Namanya

28 April 2013   19:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:28 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggal 21 April lalu baru saja kita memperingati  Hari Kartini, siapa tidak kenal maupun tidak tahu sejarah tentang R.A. Kartini, sang pelopor emansipasi wanita. Fokusnya tidak hanya pada emansipasi  wanita saja , tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, dan persamaan hukum. Gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar.

Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Dengan perjuangannya yang sebegitu keras untuk membangkitkan perempuan pribumi saat itu, yang pada akhirnyapun impian dan cita-citanya itu terwujud bertahap sampai sekarang ini, banyak sekali bukti-bukti nyata keberhasilan akan usaha beliau di masa itu.

Kita ambil contoh yang paling sering kita temui saja, sekarang sudah banyak fasilitas umum yang dikhususkan untuk wanita, seperti adanya ruang khusus  untuk menyusui di berbagai Mall, dan adanya moda transportasi umum yang memberikan ruang khusus untuk penumpang wanitanya. Jelas sekali dengan adanya fasilitas yang khusus memfasilitasi wanita seperti itu, terbukti bahwa sekarang ini sudah banyak wanita yang berpergian keluar dari rumahnya, bekerja, menuntut ilmu, maupun sekedar berpergian. Sekarang di dunia kerja maupun pendidikan bisa dibilang antara laki-laki dan perempuan sudah tidak ada perbedaan derajatnya, sama-sama bisa bersaing.

Hal ini mungkin bisa saja tidak dapat terjadi jika beliau RA Kartini tidak sebegitu kerasnya berniat, berusaha, dan berjuang untuk membangkitkan perempuan pribumi. Terimakasih Ibu Kartini, namamu akan harum sepanjang masa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun