Mohon tunggu...
Nungky Dyah
Nungky Dyah Mohon Tunggu... -

Seorang istri, ibu, wanita bekerja yang menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bersyukur Itu Indah

5 Desember 2012   10:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:09 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah jamak rasanya mendengar anjuran untuk bersyukur,berterima kasih atas semua hal yang terjadi dalam hidup kita. Bahkan untuk umat muslim ditegaskan dengan firman-Nya : Bersyukurlah maka Aku akan menambah nikmatmu. Otot bersyukur ini harus menjadi kuat setiap harinya selama hidup kita.

Saya juga meyakini,bersyukur itu indah. Bersyukur itu nikmat. Namun ada kalanya saya menjadi manusia nakal,kurang bersyukur,bahkan cenderung menyalahkan keadaan. Betapa tidak bersyukurnya saya!

Dalam setahun terakhir,saya merasa harus lebih banyak bersyukur. Saya akhirnya memiliki rumah sendiri,punya kendaraan,anak saya tumbuh dengan sehat dan normal,suami semakin membahagiakan saya. Bukankah itu kenikmatan yang amat sangat besar dari-Nya?

Namun kenyataannya,setahun ini saya merasa kurang mensyukuri segala yang terjadi dalam hidup ini. Hanya karena saya merasa Allah mengambil sedikit dari hidup saya. Kesehatan dan kehidupan yang saya rasa sempurna untuk saya.

Secara tiba tiba setahun yang lalu saya mengalami gejala sesak,mudah lelah,nyeri tanpa diagnosa medis yang jelas. Saya yang waktu itu adalah ibu bekerja,sebuah kondisi ideal menurut pemikiran saya, harus menjalani kehidupan yang sepenuhnya berbeda. Harus berhenti bekerja,lebih banyak istirahat,jarang jalan jalan atau bermain bersama anak. Hidup saya rasanya menjadi hampa.

Beberapa bulan setelah mengalami hal ini saya merasa stress. Kondisi badan naik turun naik. Berbagai ikhtiar pengobatan saya lakukan demi memperoleh kesembuhan dari Allah. Rupiah demi rupiah saya keluarkan untuk ikhtiar ini. Namun sampai saat ini saya masih mengalami gejala gejala itu. Pada satu saat di bulan Ramadhan malah saya mengalami gejala yang parah,sampai saya berpikir itu adalah saat saya harus meninggalkan dunia.

Namun saya kembali,saya masih diijinkan hidup oleh Sang Maha Kuasa. Saya bersyukur. Mungkin bukan seperti adegan film dimana tokohnya selamat dengan dramatis dan diberi kesempatan hidup kedua,namun saya tetap bersyukur.

Otot syukur ini harus terus saya pelihara,saya menyadari itu. Dan saya meyakini yang terjadi saat ini adalah bagian kecil dari hidup saya,satu proses dari perjalanan hidup saya. Dengan kondisi yang masih saya alami,saya akan terus berikhtiar demi kesembuhan dan kesehatan saya. Saya akan belajar menerima dan berdamai dengan hidup ini. Saya akan terus melangkah,karena saya mau dan mampu bersyukur.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun