Mohon tunggu...
xximmae
xximmae Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kesehatan

😃

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Darah Tinggi? Waspada! Kenali Bahaya dan Cara Mengatasinya

28 Maret 2024   15:51 Diperbarui: 27 Juni 2024   17:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tekanan Darah Tinggi itu Apa si?

Jadi, tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara maju. Di Indonesia, prevalensi (peluang) untuk menderita hipertensi masih sangat kecil persentasenya. Walaupun demikian, bukan berarti ancaman hipertensi boleh diabaikan begitu saja lho. Bagi masyarakat golongan atas, hipertesi ini benar-benar telah menjadi momok yang menakutkan.

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan 20% penduduknya menderita hipertensi. Satu di antara empat orang di Amerika terkena hipertensi. Sebagai gambaran, sebanyak 20% dari anak Amerika mungkin sudah mulai terkena tekanan darah tinggi. Dari 57 juta penduduk Amerika, sebanyak 90% pada kasus darah tinggi, penyebabnya tidak diketahui dengan pasti. Kondisi seperti ini disebut hipertensi esensial. Sepuluh persen sisanya disebabkan oleh penyakit-penyakit yang dapat diidentifikasikan, seperti aterosklerosis, tumor kelenjar adrenal, atau penyakit ginjal (misalnya gagal ginjal dan radang ginjal).

Samping kini masih sulit untuk menyimpulkan faktor penyebab hipertensi. Penyakit hipertensi berkembang secara perlahan, tetapi secara potensial juga sangat membahayakan. Penyakit hipertensi akan cepat berkembang jika diikuti oleh faktor-faktor risiko lain, seperti merokok dan hiperkolesterolemia.

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh seperti otak, ginjal, mata, dan kelumpuhan organ-organ gerak. Namun, kerusakan yang paling sering terjadi akibat hipertensi yaitu gagal jantung dan stroke.

Hipertensi sering ditemukan pada usia lanjut dan biasanya ha- nya tekanan sistolenya yang meningkat. Menurut batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperkirakan 23% wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. Sementara menu- rut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung pada usia lanjut dengan hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan usia lanjut tanpa hipertensi pada usia yang sama.

Faktor yang dapat di kontrol

  • Kegemukan 

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang over atau kegemukan akan lebih mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun mempunyai risiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan wanita langsing pada usia yang sama. Selain itu, dikatakan bahwa lebih dari 50% hipertensi, baik pada pria maupun wanita, berhubungan dengan kegemukan.

  • Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya cenderung akan mengalami kegemukan. Telah disinggung di atas bahwa kegemukan akan menaikkan tekanan darah. Efek positif lain dari olahraga, selain dapat menurunkan berat badan, juga dapat menghi- langkan rasa stres. Menurut para ahli, stres merupakan salah satu faktor yang menunjang terjadinya hipertensi. 

  • Merokok dan mengkonsumsi alkohol

MeKarena Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan. Selain itu dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin juga dapat menyebabkan pe ngapuran pada dinding pembuluh darah. Mengonsumsi alkohol juga membahayakan kesehatan karena dapat meningkatkan sintesis katekholamin. Adanya katekholamin dalam jumlah besar akan memicu kenaikkan tekanan darah.

  • Mengkonsumsi garam berlebih

Banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak mengonsumsi garam, akan tetapi masih menderita hipertensi. Selama ini, masih banyak orang mengartikan konsumsi garam adalah garam meja atau garam yang sengaja ditambahkan dalam makanan saja. Namun pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir semua makanan mengandung garam, tetapi jumlahnya berbeda satu sama lainnya. Diperkirakan 1/4 sampai 1/3 dari garam yang kita makan terda- pat secara alamiah pada makanan itu sendiri. Ada sekitar 1/2-nya berasal dari tambahan garam (sodium) yang sengaja ditambahkan. Misalnya, pada bahan makanan yang dikalengkan (canned food), roti (bakery), daging, ikan yang diawetkan, dan sayur yang diasinkan (seperti acar maupun asinan). Bahkan ada obat-obatan tertentu yang kandungan garamnya cukup tinggi, misalnya beberapa obat batuk cair yang menggunakan garam sebagai bahan dasarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun