Apa yang terjadi kalau ibu-ibu bertemu? Hampir dipastikan selalu saja ada obrolan seru baik tentang sekolah anak, perawatan wajah, hobi baru yang ditekuni, pusingnya mengatur menu harian di rumah, acara televisi yang sedang digemari, sampai tertangkapnya anggota DPR dan pejabat negara oleh KPK.
Ini juga yang terjadi denganku dan sesama ibu kalau sudah bertemu. Namun, selama pandemi topik obrolan kami sedikit berbeda. Kalau sebelumnya sangat bervariasi, sekarang topiknya lebih banyak membahas bagaimana menjaga kesehatan keluarga dan mengatur keuangan keluarga saat pandemi.Â
Kasus Covid-19 yang masih terus ada dan belum adanya kepastian kapan pandemi akan berakhir membuat kami didera rasa khawatir. Apalagi kondisi ekonomi akibat pandemi juga berimbas pada menurunnya pendapatan keluarga, terutama bagi kami yang bekerja di sektor swasta maupun berwirausaha.
Perubahan Pola Belanja dan Konsumsi Keluarga
Ternyata pandemi banyak mengubah kebiasaan belanja kami para ibu. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat, pembatasan sosial berskala besar, maupun aturan work from home membuat kami tidak bisa leluasa berbelanja seperti sebelumnya.Â
Kalau dulu kami bebas belanja di mana pun dan kapan pun. Sekarang lebih banyak yang kami pertimbangkan, tidak hanya soal waktu belanja, tetapi juga kondisi tempat seperti kebersihan dan keramaiannya.Â
Beberapa dari kami memilih belanja di swalayan pada pukul tujuh pagi, sesaat setelah buka dan masih sepi pengunjung. Ada juga yang memesan sayuran, lauk dan buah pada pedagang keliling sehari sebelumnya melalui whatsapp, agar bisa meminimalkan waktu belanja dan mengurangi kontak dengan banyak orang.Â
Bahkan ada yang beralih berbelanja online karena sangat takut keluar rumah. Selain itu kami juga lebih hati-hati membelanjakan uang karena pendapatan keluarga menurun, tetapi pengeluaran tidak berkurang.Â
Tidak hanya kebiasaan belanja, barang yang dibelanjakan juga cenderung berubah. Sekarang para ibu lebih memprioritaskan belanja kebutuhan pokok dan segala sesuatu yang mendukung kesehatan anggota keluarga, seperti vitamin, hand sanitizer, masker, dan buah-buahan.Â
Jenis bahan pangan pun dipilih yang memiliki kandungan gizi tinggi dan baik untuk kesehatan. Kebiasaan makan di luar termasuk mengonsumsi junk food nyaris tidak dilakukan lagi. Â Kami lebih sering memasak sendiri di rumah karena lebih menjamin keamanan dan gizi makanan yang dikonsumsi keluarga. Faktor penghematan juga menjadi alasan mengingat kondisi ekonomi selanjutnya akibat pandemi tidak bisa diprediksi.
Ternyata ini selaras dengan survei yang dilakukan  McKinsey, bahwa selama pandemi, 92% konsumen mencoba metode berbelanja baru dengan 58% berbelanja secara digital, 48% melalui layanan pick-up dan aplikasi pengiriman. Selain itu 67% responden di Indonesia kini lebih mempertimbangkan cara mengeluarkan uang, 59% mencari langkah untuk lebih hemat agar bisa menabung.
Akibat Perubahan Pola
Sekilas perubahan pola belanja dan konsumsi ini berakibat positif terhadap keluarga, seperti  lebih disiplin dan hati-hati mengatur uang, lebih memperhatikan asupan gizi makanan yang dikonsumsi keluarga, memperhatikan kebersihan dan kesehatan, serta berusaha menambah jumlah tabungan. Namun, ternyata ada yang harus diwaspadai dari perubahan pola ini.