Wong Jowo ojo ilang Jawane (orang Jawa jangan hilang Jawanya). Maksud kalimat atau ungkapan tersebut bukan terkait kebanggaan terhadap suku atau golongan.
Hal itu lebih kepada penghayatan terhadap budaya, adat-istiadat, prinsip hidup atau kebiasaan yang telah mengakar kuat dalam masyarakat Jawa untuk kita lakukan sebagai orang Jawa.
Ayah saya selalu berpesan kepada saya bahwa ketika kita menjalani hidup haruslah berpegang pada ungkapan "gemi, nastiti, dan ngati-ati" agar selamat, sukses dan tercapai apa yang menjadi tujuan kita.
Bahkan dalam istilah lain saya meyakini bahwa "gemi, nastiti, ngati-ati" memiliki pemaknaan yang sama dengan frugal living.
Dimana keduanya memiliki kesamaan dalam pemaknaan yaitu "kesederhanaan" dalam menjalani kehidupan.
Oleh karena itu saya ingin berbagi pengalaman dalam kaitan hidup sederhana terencana melalui prinsip hidup gemi, nastiti, dan ngati-ati.
1. Gemi (Hemat)
Gemi dalam padanan bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai hemat. Hemat disitu berbeda dengan pelit apalagi irit.
Prinsip Gemi  yang saya jalani membuat saya bisa memilih mana kebutuhan yang sifatnya utama atau pokok dengan kebutuhan yang sifatnya hanya keinginan saja.
Dengan bisa memilah kebutuhan yang sifatnya utama dan sekedar keinginan,secara tidak langsung membuat saya terhindar dari sifat boros.
Singkatnya Melalui gemi (henat) dapat membuat saya menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Â
2. Nastiti (Cermat atau Teliti)
Nastiti bisa diartikan sebagai cermat atau teliti. Jika nastiti dikaitkan dengan hidup sederhana terencana maka bisa saya artikan sebagai "pintar merencana".
Pintar merencana disitu maksudnya adalah mampu mengelola keuangan kita dengan baik dan benar bukan asal-asalan.
Setiap pemasukan yang kita dapatkan harus dialokasikan dengan cermat jangan sampai kita tergolong orang yang "lebih besar pasak daripada tiang".
Nastiti pada implementasinya saya lakukan dengan menabung terlebih dahulu sebelum membelanjakan penghasilan yang saya peroleh. Â
Hal itu saya lakukan selain agar memiliki simpanan uang di masa depan juga agar pengeluaran yang saya lakukan bisa saya kontrol sehingga tidak mubazir.
3. Ngati-Ati (Berhati-hati)
Prinsip terakhir yang saya lakukan dalam kaitan hidup sederhana dengan terencana adalah ngati-ati atau berhati-hati.
Saya mengartikan ngati-ati dalam kaitan pengelolaan keuangan adalah dengan jarang berhutang. Hal itu bukan berarti tidak boleh berhutang.
Ketika saya berhutang maka saya harus bisa berhati-hati dengan memperkirakan kemungkinan manfaat dari berhutang tersebut.
Maksudnya apakah hutang itu bersifat produktif atau konsumtif?.
Itu penting sehingga kita bisa memperkirakan kemungkinan yang terjadi dan mengantisipasi hal buruk dari hutang yang saya lakukan.
Mari kita terapkan gemi, nastiti, dan ngati-ati sebagai prinsip hidup sederhana terencana yang akan kita lakukan.
Bangka Selatan, 4 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H