Sedangkan Jendral Soedirman melakukan taktik perang gerilya di daerah jawa tengah dan jawa timur dengan harus ditandu (karena sakit) oleh para pengawalnya.Â
Namun setelah hampir delapan bulan melakukan perang gerilya, akhirnya Jendral Soedirman kembali lagi ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.
Hal itu terjadi setelah pihak Belanda mengembalikan Yogyakarta ke pangkuan Republik Indonesia pada 29 Juni 1949 atau dikenal dengan istilah "Yogya Kembali".
Oleh karena itu dalam rangka mengikuti karnaval untuk memeriahkan kegiatan 17 agustus di Pulau Lepar, kepala sekolah meminta guru seni budaya untuk merancang sajian karnaval yang akan diperagakan siswa pada kegiatan  tersebut.
Setelah mendengarkan pendapat dari guru lain dan siswa, maka guru seni budaya (Dedy Herinatal) mengambil judul dengan tema "teatrikal perjuangan merebut kemerdekaan kembali".
Hal itu diimplementasika dengan memperagakan adegan gerilya Jendral Soedirman dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia ketika terjadi agresi militer Belanda II untuk menduduki kembali wilayah Indonesia saat itu.
Setelah menentukan tema, kemudian guru seni budaya memilih siswa untuk mengikuti kegiatan tersebut serta menyiapkan alat dan bahan untuk mendukung teatrikal yang akan di tampilkan.
Setelah itu kemudian siswa melakukan latihan berdasarkan naskah teatrikal yang telah dibuat dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disiapkan.
Pada hari pelaksanaan karnaval, siswa dengan penuh semangat dan antusias memperagakan teatrikal perjuangan tersebut di depan panggung kehormatan dan banyak mendapat teput tangan serta sorak sorai dari penonton. Salut.
Bahkan ketika karnaval, siswa juga menyanyikan lagu-lagu penyemangat kemerdekaan seperti, 17 Agustus, Garuda Pancasila dan Indonesia Raya yang dilantunkan dengan penuh semangat dan penghayatan.