Ing Ngarso Sung Tulodo (seorang guru wajib di depan untuk memberikan teladan), Ing Madyo Mangun Karso (Seorang guru harus bisa menempatkan posisi di tengah untuk menjadi inspirasi) dan Tut Wuri Handayani (seorang guru di belakang untuk memberikan dorongan atau motivasi).
Bila kita membedah semboyan tersebut kita akan memahamai bahwa guru adalah peneladan sejati bagi siswa-siswinya di sekolah .
Misalnya, jika seorang guru mengamalkan nilai-nilai ulet, disiplin, tanggungjawab dan berprestasi, secara otomatis siswa juga akan ikut mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kegiatan mereka.
Lalu bagaimana kaitan keteladan guru dan penguatan literasi siswa di sekolah?.
Literasi secara sederhana dapat diartikan sebagai baca-tulis, namun dalam pemaknaan yang lebih luas bisa diartikan sebagai kemapuan seseorang dalam menginterpretasi bacaan atau menghasilkan tulisan.Â
Pertanyaannya, sudahkan kegiatan literasi membumi di sekolah?.Â
Bila berkaca dengan apa yang Saya alami di sekolah, literasi belum membumi, bahkan aktifitasnya terkesan seremonial.
Literasi diartikan sekolah dengan membuat pojok baca di kelas atau menerbitkan buku karya siswa dan guru, namun setelah itu aktifitas literasi kembali pada zona "sepi".
Bahkan perpustakaan sekolah sebagai jantung literasi di sekolah hampir tak terjamah.