Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membelah Ombak untuk Mengajar, Masihkan Guru dikata Tak Punya Kompetensi?

17 Juni 2023   18:32 Diperbarui: 19 Juni 2023   21:10 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan Membelah Ombak (Sumber:Dokpri)

Setiap guru memiliki pengorbanan yang berbeda dalam menghayati profesinyah sebagai guru.

Ada orang bilang, guru merupakan profesi yang tidak memiliki kompetensi.

Sebab semua orang bisa menjadi guru, sedang guru belum tentu bisa menerbangkan sebuah pesawat atau menjalankan sebuah kereta.

Namun kebanyakan orang lupa siapa yang menjadikanya seorang pilot atau seorang masinis? ia adalah guru yang katanya tidak memiliki kompetensi.

Nilai-nilai yang guru berikan pada setiap profesi di dunia itu bukan muncul begitu saja.

Setiap proses harus dilalui seseorang untuk menjadi ahli di bidang tertentu, SD, SMP, SMA, Pergurun tinggi semua itu ada guru yang menemani.

Jadi tak usah sombong mengatakan guru adalah profesi yang tidak memiliki kompetensi.

Guru mengorbankan waktu dan tenaga hanya untuk datang lebih awal dari murid-muridnya untuk menyakinkan bahwa dirinya bisa menjadi teladan (kepribadian).

Guru harus memiliki penguasaan dalam membawakan pembelajaran sehingga potensi setiap siswa bisa berkembang (pedagogik)

Guru harus mampu menguasai apa yang menjadi materinya dan memastikan apa yang diberikan adalah yang terbaik (profesional).

Guru juga harus mampu bergaul dengan siapapun dengan tetap menjaga marwahnya sebagai guru baik di kelas, sekolah dan masyarakat (sosial).

Begitu sempurna guru harus menjaga itu semua untuk memberi yang terbaik bagi siswa.

Agar apa yang dimiliki siswa bisa berkembang dan maksimal untuk mengisi suatu kekosongan posisi dalam peradaban di masa depan.

Itu juga dilakukan oleh seorang guru yang setiap hari selalu hadir walau apapun yang terjadi.

Pagi, pukul 4:30 wib guru itu telah terbangun dan melaksanakan kewajaibanya untuk menghadap sang pencipta.

Setelahnya dia menyiapkan perlengkapan yang akan dibawa menuju sekolah, laptop, absensi dan tak lupa bekal yang telah disipkan istrinya malam itu.

Jam 5:30 wib sang guru itu mulai mengeluarkan motornya dari garasi dan besiap akan berangkat, Jaket, helem dan pelindung dada sudah menempel disetiap bagian tubuhnya.

Kemudian menyodorkan tanganya kepda sang istri dan mengecup keningnya dengan mesra, tak lama motor bebunyi dan langkah pertama menuju sekolah telah dimulai sang guru.

Selama perjalan yang hampir memakan waktu 60 menit, sang guru menerobos jalinan embun dan dinginya pagi, itu belum perjalanan akhir, namun pertama karena perjalanan selanjutnya harus membelah ombak.

Sampai di pelabuhan rakyat, sang guru telah ditunggu kapal boot yang akan menyebrangkan dirinya ke tujuan, sesak, biasanya harus ada 4 sampai 6 orang penumpang untuk menulai perjalanan.

Pelabuhan Rakyat Tempat Sang Guru Nyebrang (Sumber:Dokpri)
Pelabuhan Rakyat Tempat Sang Guru Nyebrang (Sumber:Dokpri)

Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 15 menit dan sangat menengangkan. Selama sang guru menyebrang membelah ombak, ada satu kejadian kapal terbalik dan menewasakan seorang balita. Ngeri.

Bahkan selama melewati perjalan darat, sudah tak terkira laka lantas yang ditemui dan mengkibatkan korban jiwa, namun hal itu tak menyurutkan sang guru untuk tetap mengajar membelah ombak.

Sampai di pelabuhan rakyat berikutnya, sang guru harus kembali menempuh perjalanan darat selama kurang lebih 30 menit. Setelah perjalana itu barulah sampai Sang guru di tempat pengabdianya dan bersiap memberikan pengajaran bagi siswanya.

Sekolah Pengabdian Sang Guru (Sumber:Dokpri)
Sekolah Pengabdian Sang Guru (Sumber:Dokpri)
Hal itu terus berulang setiap hari dan tidak pernah putus kecuali sang guru atau keluarganya sakit. Pengorban yang sangat epic dan tak terkira dari Sang Guru. Terimakasih

Apakah ada kisah serupa dari kawan kawan, tulis di kolom komentar ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun