Mohon tunggu...
Nuke Fitzwilliam
Nuke Fitzwilliam Mohon Tunggu... -

Selalu ada cerita di balik tulisan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nuklir Tak Pernah Memilih Takdirnya

1 April 2012   04:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu, pada tanggal 29 Mei 2011, ketika aku mengikuti sebuah Speech Contest di salah satu PTN di Jateng, aku menemukan sebuah arti penting suatu hal yang sedari dulu diartikan negatif oleh orang-orang awam (seperti hal-nya diriku sendiri sewaktu SD). Dalam lomba itu, ada satu tema yang sangat membuatku bersemangat yaitu: The Controversy of Nuclear Power Plant in The World. Singkatnya, beberapa referensi aku cari hingga akhirnya bertemu dengan seorang teman dari STTN Jogjakarta. Darinya lah beberapa hal baru aku dapatkan dengan meminjam dan membaca bukunya.
Keesokan hari, ada sejumlah teman-teman kuliah serta keluarga yang kutemui. Sekedar untuk bertanya: "Menurutmu Nuklir itu apa sih?" atau "Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kata Nuklir?"
Dari pertanyaan itu, didapat beberapa jawaban. Papa dan Mamaku menjawab bahwa Nuklir adalah ENERGI. Lalu, betapa asyik sensasi yang aku rasa ketika hampir semua orang menjawab bahwa Nuklir adalah BOM! SENJATA! Wow!! Tak satupun dari semua itu yang salah. Pendapat mereka sesuai dengan ekspektasi! Semua informasi dan komparasi jawaban itu sangat menarik ketika dibuat menjadi sebuah naskah pidato. Coba saja tebak! Niatku sih cuma promosi! Mempromosikan Nuklir! Untuk apa dan kenapa?
Sekarang, kita bahas titik tertinggi dari judul tulisan ini. Nuklir memang tak pernah memilih takdirnya! Sebagai apa dia nantinya, entah senjata, entah energi, entah untuk penelitian, ataupun entah digunakan sebagai 'hal' pemicu perang, tetap saja semua itu adalah kemauan penggunanya. Nuklir tidak pernah mau memilih Uranium sebagai darahnya, Nuklir pun tak bisa menyangka jika Plutonium adalah darah dagingnya, satu lagi, Nuklir tak akan bisa meninggalkan teman hidupnya yaitu Radiasi. Lalu, apa salahnya kalo negara kita ini mulai mengembangkan PLTN secara luas? Bukan hanya tiga reaktor penelitian yang sudah kita punyai itu saja. Ya. Kalian mungkin tahu banyak jawaban atas pertanyaanku ini. IAEA berkuasa, regulasi berbicara, si Super Power punya andil (si paman ini yang biasanya kelabakan waktu Mahmoud Ahmadinejad melakukan percobaan uranium di Iran, ataupun negara-negara kecil lain. Tapi jangan takut donk!) kita ini miskin, kita ini tak punya cukup SDM, sudah mau membuat-kah. Apa lagi? Apa?? Memang sebuah kontroversial dunia bahkan negara 'berkembang' ini. Kalau kita ini miskin, bandingkan dengan India, Pakistan? Kenapa meraka punya PLTN! Kalau kita ini miskin SDM, nah lo! Bukannya banyak teman-teman kita yang bersekolah pada bidang itu. Jelas! Mereka tidak bodoh, teman. Segala kekagumanku tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang aku sendiri hasilkan, yang hanya anak IPS dengan nilai biasa saja. Mereka-lah aset yang kita miliki! Untuk membuat sumber energi yang baru. Bukankah kita harus mencoba hal baru? bagi masyarakat seluruh Indonesia, ini kan menjadi movement paling 'berharga dan hebat' sekaligus 'keji' apabila PLTN jadi dibangun! Lagi-lagi, tulisan yang berapi-api ini terbentur dengan 'regulasi pemerintah' kita. Siapa lagi yang berhak menekan tombol "YES NUCLEAR" selain bapak-bapak diatas sana itu ha? Apa salahnya, tekan tombolnya, buat saja secepatnya. Jangan hanya kabar rencananya saja! Mencari sumber energi pembangkit di dunia ini  sudah maju, sayang. Jangan buat para ahli nuklir kita belum pernah menyentuh PLTN di negara sendiri dengan buatan sendiri! Soal biaya pembuatan, negara kita ini kaya hey! BBM saja naik kan? Kerjasama dengan negara lain pun bisa kan? Ya, misalnya dengan Korea (Heh, hati-hati saja!).
Ada satu lagi problematika rakyat mengenai Nuklir. Anggapan umum mengenai Nuklir adalah hal berbahaya mematikan bahkan senjata. Cuplikan pidatoku (dalam Bhs. Indonesia):
"Nuklir bukanlah bom yang AS lemparkan ke Hiroshima dan Nagasaki! Nuklir adalah energi. Dan radiasi adalah bagian darinya, dari ponsel anda, laptop anda, dan apapun yang bisa merelease-nya keluar. Aspek yang sangat krusial dan membuat masyarakat takut adalah The Accident of Nuclear!"
Hal yang membuat beresiko ada dua (menurutku) yaitu: HUMAN ERROR dan BENCANA ALAM. Nuklir itu memiliki kiasan paradoks; Nuklir akan menyelamatkan dunia, namun jika menggunakannya akan sebanding dengan resikonya. Papa ku pernah berkata, jika kita memahami paradoks ini, maka sudah seharusnya kita sikapi secara bijak dan bukan berarti harus menolaknya, menentang penggunaannya akan sama saja ingkar terhadap ilmu pengetahuan. Ya. Aku setuju. Tulisan ini kubuat hanya untuk berbagi. Aku salah satu yang mendukung adanya PLTN. Jadi, sudah tahu kan kenapa ingin rasanya aku promosikan nuklir ini (lewat lomba waktu itu). Bukan karena faktor nama, tapi inilah suatu moment berharga yang pernah membawaku memahami sesuatu. Untuk kalian, pada kemudian hari, sampaikanlah apa saja yang menjadi concern atas hal ini kepada siapapun yang berwenang atau dalam forum-forum diskusi kalian. "SAY NO TO PROLIFERATION !!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun