Mohon tunggu...
Nuke Inanjah
Nuke Inanjah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Trial & Error Terkait Metode Student Centered Learning di Masa Pandemi

18 Januari 2022   12:22 Diperbarui: 18 Januari 2022   17:50 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Natawidjaja, berpendapat menyatakan bahwa pembelajaran aktif merupakan proses belajar mengajar yang mendorong dalam kegiatan fisik, mental, intelektual, dan emosional peserta didik, guna mencapai output belajar yang bagus, pada kognisi, pengetahuan emosional dan psikomotorik. Model pembelajaran Student Centered Learning akan memberikan tambahan motivasi belajar karena selain mendapat motivasi ekstrinsik (hukuman dan penghargaan), siswa juga dimotivasi secara internal oleh keinginan untuk mencari ilmu. Selain mengembangkan kinerja siswa, Student Centered Learning juga dapat menggali kemampuan spesifik individu siswa (Subakti, 2020).

Thorndike berpendapat bahwa jenis belajar yang paling dasar adalah pembentukan hubungan antara pengalaman sensorik (persepsi terhadap rangsangan atau peristiwa) dan impuls saraf (tanggapan) yang terwujud dalam bentuk perilaku (Hermansyah, 2020)

 Thorndike percaya bahwa pembelajaran sering dilakukan melalui serangkaian percobaan coba-coba. Teori trial and error ini dapat diterapkan secara tepat dan sistematis pada proses pembelajaran SCL, dan dengan menggunakan beberapa aturan teori yang dapat diterapkan dengan baik dan secara sistematis mengambil tindakan berani dengan menggunakan metode trial and error maka sistem pembelajaran SCL (Hermansyah, 2020).

 Dengan perkembangan zaman dan persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN, tantangan energi pendidik menjadi semakin kompleks. Memungkinkan siswa dan Mahasiswa untuk mengubah metode pembelajaran mereka bahkan jika mereka sinkron dengan kurikulum yang ada (Sari, 2017). Dengan motivasi belajar, peserta didik akan menjadi generasi penerus bangsa, yang mampu menegaskan diri, menghadapi tantangan hidup, dan memiliki kualitas dan kepribadian yang unggul. 

 Ada beberapa alasan mengapa siswa enggan belajar. Dengan kata lain, itu adalah keadaan fisik, mental, dan emosional. Keutuhan kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kepedulian, motivasi, kemampuan, dan ketekunan semua elemen (Antika, 2021).

Itulah pentingnya menerapkan Trial and Error dalam setiap siswa buat membangun kepribadian dan karakter yang baik. Terdapat dalam eksperimen yang dilakukan Thorndike. Pada eksperimen ini, terdapat seekor kucing yang sedang lapar dan keadaan terkurung pada kotak teka-teki, dan terdapat sepiring makanan yang diletakkan di luar. Namun tidak ada peningkatan kinerja yang secara tiba-tiba seperti yang diinginkan, bila kucing itu mengalami "kilasan wawasan" mengenai caranya supaya bisa memecahkan perkara tersebut. Pada hukum efek Thorndike pula terdapat satu hal yg sebagai sebuah karakteristik  psikologi dalam sejarah. Ketika hukum efek ini sudah dinyatakan bahwa perilaku yang menunjuk pada keadaan yang memuaskan dan diperkuat sehingga "dicap" sebagai hal yang sementara, sedangkan dalam perilaku yang menunjuk pada keadaan yang tidak memuaskan atau menjengkelkan bisa dilemahkan atau "dihilangkan" (Powell Russell, 2009). Dalam hal ini, bahwa sebuah pembelajaran pula wajib  berkaitan menggunakan perilaku yang aktif dan tidak monoton, sebagai akibatnya ilmu yg diberikan bisa diserap dengan baik. Bahwa dengan adanya hukum efek pula secara tidak langsung bisa menarik setiap peserta didik atau  mahasiswa bisa berperan aktif pada kelas. Baik secara individu juga kelompok, yang nampak waktu seseorang anak didik & mahasiswa bisa memecahkan perkara sendiri.

Penerapan teori belajar Thorndike (Connectionisme) pada pembelajaran SCL, yaitu Pertama, sebelum memulai proses belajar, peserta didik wajib siap mengikuti pembelajaran. Kedua, proses pembelajaran usahakan dilakukan secara kontinu, supaya materi lampau bisa selalu diingat. Ketiga, pengulangan pada belajar bisa membantu mengingat materi lebih lama. Keempat, Siswa dan Mahasiswa yang sudah belajar sangat baik dapat segera diberikan reward, dan buat yang belum bisa baik wajib diperbaiki. Dengan wujud penghargaan terhadap perilaku positif mampu memberikan balasan berupa reward pada bentuk benda (pemberian), verbal (contohnya pujian), serta dibentuk perilaku dan budi pekerti yang hangat, permisif, dan penuh penerimaan dengan penguatan positif tersebut bisa merubah sikap siswa dan mahasiswa serta memotivasi agar lebih rajin belajarnya (Amsari & Mudjiran, 2018).

 

Referensi :

Amsari, D., & Mudjiran. (2018). Implikasi Teori Belajar E.Thorndike (Behavioristik) Dalam Pembelajaran Matematika. JURNAL BASICEDU Research & Learning in Elementary Education. Universitas Negeri Padang. 5(7). https://www.researchgate.net/publication/331403639_IMPLIKASI_TEORI_BELAJAR_ETHORNDIKE_BEHAVIORISTIK_DALAM_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA

Andi, K.R. (2012). Student Centered Learning Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar. https://core.ac.uk/display/234744485?recSetID=

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun