Juru Bicara Kantor Komunikasi Presiden, Dedek Prayudi, menjelaskan bahwa meski alokasi per anak diturunkan, efisiensi menjadi kunci keberhasilan program ini. Pemerintah menggunakan metode pengadaan langsung dari produsen, sehingga bahan pangan dapat dibeli dengan harga grosir. Menu yang disusun pun mengikuti standar UNICEF, di mana makan siang gratis di sekolah biasanya bernilai sekitar US$1 per anak.
“Melalui uji coba selama 10 bulan, kami menemukan metode untuk menekan biaya, sehingga dari anggaran Rp15.000 dapat diturunkan menjadi Rp10.000 tanpa mengurangi kualitas makanan. Ini adalah langkah efisiensi yang tetap mengutamakan kebutuhan gizi masyarakat,” kata Dedek.
Namun, ia mengakui bahwa menu yang disediakan tidak bisa dibandingkan dengan makanan dari restoran atau warung makan biasa. "Fokus kami adalah menyediakan makanan yang memenuhi standar gizi, bukan kemewahan rasa atau variasi seperti yang mungkin diharapkan di tempat makan umum," tambahnya.
Pakar Ekonomi: Menjaga Disiplin Fiskal
Pemangkasan anggaran ini dinilai sebagai langkah strategis untuk menjaga keseimbangan fiskal pemerintah. Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Hendry, menyatakan bahwa alokasi Rp10 ribu per anak mencerminkan upaya pemerintah untuk tetap menjalankan program prioritas tanpa membebani anggaran negara.
Ia menjelaskan bahwa proyeksi defisit anggaran pada tahun depan diperkirakan meningkat, mengingat beban fiskal dari program-program prioritas pemerintah lainnya. Yusuf juga menyoroti kemungkinan kenaikan tarif PPN sebagai salah satu sumber pendanaan tambahan. Namun, ia mengingatkan bahwa kebijakan ini dapat menimbulkan dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.
“Kenaikan PPN mungkin meningkatkan penerimaan negara, tetapi juga dapat berdampak pada daya beli masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah. Jadi, pemerintah harus hati-hati dalam menyeimbangkan anggaran program ini dengan target pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Manfaat Jangka Panjang Program MBG
Terlepas dari kritik, program MBG dinilai memiliki manfaat jangka panjang yang signifikan. Selain mencegah stunting, program ini diharapkan mampu memberikan edukasi tentang pentingnya pola makan bergizi seimbang kepada masyarakat.
Penyediaan makanan bergizi sejak dini juga diproyeksikan dapat mencegah penyakit degeneratif yang kini mulai muncul di usia lebih muda, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. "Dengan membiasakan pola makan sehat sejak kecil, generasi muda Indonesia diharapkan tumbuh lebih sehat dan produktif, sehingga memberikan dampak positif pada pembangunan nasional di masa depan," kata Qonita.