Liburan semester kali ini tak seperti biasanya. Bukannya menikmati waktu luang dengan tidur lebih lama atau berlibur ke luar kota, aku justru mendapat tugas yang sangat berharga, menjadi Sie.Acara sekaligus Master of Ceremony selama tiga hari berturut-turut dalam acara PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) di Unikom. Awalnya aku hanya berniat menjadi panitia acara saja. Namun, sehari sebelum pelaksanaan Gladi Kotor 1 dimulai, aku mendapatkan telefon dari pembina Korps Protokoler Mahasiswa, Kang Agung Nugraha “Kamu bisa jadi MC untuk nanti PKKMB? MC yang sebelumnya tidak bisa hadir, padahal gladi kotor akan dilaksanakan besok.”
Deg! Rasanya jantungku berhenti sejenak mendengar permintaan itu. Aku belum pernah menjadi MC di acara sebesar PKKMB. Apalagi ini melibatkan ratusan mahasiswa baru. Tapi, karena tak enak menolak dan mungkin ini pengalaman yang bagus, akhirnya aku setuju. Hari demi hari terlewatkan, dengan giat berlatih bersama partner MC ku yaitu Pak Tatan Tawami, beliau mengajarkan banyak hal selama berlatih, dan ilmu yang beliau berikan itu sangat berarti.
Hari pertama PKKMB tiba. Pagi itu, aku berdiri di belakang panggung, memegang naskah acara yang terus kubaca. Tanganku gemetar, jantungku berdetak cepat. Kucoba mengingat setiap kalimat, tapi semua terasa mengabur. Pak tatan menghampiri, tersenyum menenangkanku “kamu pasti bisa, jangan khawatir. Santai saja, anggap ini seperti ngobrol dengan teman-temanmu.” Aku menarik napas panjang, lalu melangkah ke atas panggung. Mikrofon terasa berat di tanganku, tapi suara sorak-sorai dan tepuk tangan dari mahasiswa baru membuat rasa gugup sedikit memudar. Setelah memperkenalkan diri dan menyapa semua yang hadir, aku mulai membawakan acara. Hari pertama berjalan dengan lancar, walau aku merasa begitu lelah karena tidak ada waktu istirahat selama acara berjalan. Aku tersenyum lega ketika acara selesai. “Satu hari sudah lewat” batinku.
Hari kedua, aku merasa lebih percaya diri. Aku mulai memahami alur acara dan cara berinteraksi dengan mahasiswa baru. Ada momen-momen bahagia aku bisa bercanda dengan mahasiswa baru, membuat mereka tertawa dan lebih santai. Ketika sesi tanya jawab dimulai, aku juga berperan aktif, membantu memandu jalannya diskusi. Ternyata menjadi MC tak sesulit yang kubayangkan. Aku mulai menikmati setiap detik berada di atas panggung. Dengan partner MC yang sudah banyak pengalaman yaitu kang wildan, hari kedua saat itu terasa lebih menyenangkan dibanding hari pertama.
Namun, tantangan terbesar datang di hari ketiga. Acara seharusnya dimulai pukul 7 pagi, tetapi karena masalah teknis, seperti proyektor dan sound system yang bermasalah, acara baru bisa dimulai pukul 8. Aula sudah dipenuhi mahasiswa baru yang mulai terlihat tidak sabar. Kendala teknis terus muncul, microphone mati dan proyektor tak bisa digunakan keseluruhan. Sebagai MC, aku harus cepat berimprovisasi, ketika ada kendala seperti ini. Aku dan kang naufal spontan mengajak mahasiswa bermain kuis kecil untuk menjaga suasana tetap hidup. Perlahan suasana mencair, meski acara tertunda lebih lama dari yang direncanakan. Pembicara utama akhirnya tiba, meskipun ada kendala di proyektor, ia berhasil memberikan materi yang menarik.
Ketika acara akhirnya selesai pada sore hari, seluruh panitia termasuk aku, merasa kelelahan luar biasa. Namun acara ketiga ini ditutup dengan penampilan music band dan juga Dj yang luar biasa. Perasaan lelah selama tiga hari hilang begitu saja karena ditutup dengan hal yang menyenangkan. Ada rasa lega yang begitu besar karena kami berhasil melewati hari yang penuh tantangan ini. Kang zulfikar mendatangiku, senyum lelah tapi puas terpancar di wajahnya. “kamu luar biasa selama tiga hari ini”, katanya sambil menepuk pundakku. “Terima kasih sudah terus menjaga suasana tetap hidup, meski segalanya hampir berantakan.” Aku tertawa menghapus keringat di dahiku. “Ini benar-benar pengalaman yang tak akan kulupakan,” kataku.
Liburan semester kali ini mungkin bukan yang penuh santai dan relaksasi, tapi pengalaman menjadi MC selama tiga hari berturut-turut di acara PKKMB UNIKOM, apalagi di hari terakhir yang penuh kendala teknis, mengajarkanku banyak hal. Tentang kesabaran, improvisasi, dan bagaimana tetap tenang saat situasi hampir tak terkendali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H