“jadi keluar gak? Kalo jadi, aku jemput.” Sebuah pesan singkat yang entah kenapa tiba-tiba membuatku tersipu. dan yang lebih mengherankan lagi aku merasa agak gugup menunggu kedatangannya. Terus mondar-mandir hanya untuk mengecek apakah dia sudah di depan kosan atau belum. Hmm aneh. Aku merasa lepas, bicara sekenanya, makan seenaknya, tertawa semaunya, dan lebih lagi aku mulai berani menyentuhnya. Eits jangan ngeres, hanya menarik lengannya untuk mengikuti jalanku, tak lebih. Dan yang terakhir aku mulai memegang pinggangnya untuk waktu yang cukup lama saat di perjalanan. Walaupun masih dalam kebisuan yang panjang, walau masih dalam angan-angan masa lampau, walau terkadang masih saja terbalut kenangan. Ya, seperti itulah. Tapi ini kemajuan, mungkin aku mulai membuka hatiku. Atau aku hanya kesepian? Tapi setahun tanpa pacar aku merasa baik-baik saja, bahkan akhir-akhir ini aku mulai nyaman. Tapi jika keadaan ini berubah, akankah sama rasanya? Aku juga tak tahu. Hanya saja aku sepertinya mulai menaruh harapan pada orang ini. Omaygat!
Mas, aku belum tahu pasti apa yang aku rasakan, terlebih lagi apa yang kamu rasakan. Hanya aku mulai berharap keadaan ini tak berubah dengan cepat. Aku juga mulai takut, takut jatuh cinta, takut mempunyai harapan yang lebih, dan lebih takut lagi semua yang terjadi nanti tak sesuai dengan apa yang kurasakan dan ekspetasiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H