Bahasa Indonesia, sebagai identitas dan pemersatu bangsa menghadapi tantatangan di tengah derasnya arus globalisasi yang semakin kompleks. Pengaruh bahasa asing terutama bahasa Inggris, semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan, Dari pendidikan, bisnis, komunikasi sehari-hari hingga media sosial, istilah-istilah baru sering kali muncul dan menggantikan istilah dalam bahasa Indonesia. Media massa memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia. Karenanya, pendampingan dan penyuluhan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu terus dilakukan secara berkesinambungan. Melalui wawancara dengan seorang jurnalis dari Batik TV, terlihat jelas bagaimana media dapat berkontribusi dalam melestarikan keaslian bahasa kita di tengah arus global yang begitu kuat.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh media massa adalah pengaruh penggunaan bahasa asing yang semakin meluas dan dalam kehidupan sehari-hari semakin marak. Istilah-istilah baru seperti "selfie," "viral," dan "netizen" telah menjadi bagian dari kosakata sehari-hari masyarakat. Fenomena ini menciptakan kesenjangan antara penggunaan bahasa yang baku dan bahasa gaul yang berkembang di kalangan generasi muda. Media massa, sebagai salah satu sumber informasi utama, harus mampu menjembatani kesenjangan ini dengan memberikan contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam era digital saat ini, media sosial semakin marak digunakan masyarakat. Pesatnya perkembangan media sosial saat ini terjadi karena semua orang seperti dapat memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, lain halnya dengan media sosial. Media sosial dapat diakses dengan jaringan internet tanpa biaya besar, tanpa alat mahal, dan dapat dilakukan sendiri tanpa karyawan. Oleh karena itu, penting bagi media massa untuk aktif dalam memberikan edukasi tentang penggunaan bahasa yang tepat.
Dalam wawancara dengan jurnalis Batik dari Tv, dijelaskan bahwa tantangan utama bagi jurnalis adalah ketelitian dalam memilih kata dan istilah. Jurnalis dituntut untuk memahami kapan harus menggunakan istilah asing dan bagaimana menyertakan maknanya agar pembaca dapat memahami konteksnya. Misalnya, istilah "selfie" bisa diganti dengan "swafoto," yang merupakan padanan kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan upaya untuk memertahankan keaslian bahasa Indonesia dan pentingnya kesadaran akan penggunaan bahasa yang tepat dalam setiap pemberitaan.
Media massa tidak hanya berfungsi sebagai penyebar informasi, tetapi juga sebagai contoh penggunaan bahasa yang baik. Dalam wawancara, dijelaskan bahwa media memiliki tanggung jawab untuk menyajikan berita dengan menggunakan kaidah EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Dengan cara demikian, media bisa menjadi rujukan utama bagi masyarakat dalam memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Keterlibatan media dalam edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga keaslian bahasa sangatlah krusial. Program-program edukasi mengenai penggunaan bahasa yang baik dapat diselenggarakan secara rutin untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Misalnya, Batik TV bisa mengadakan acara khusus yang membahas istilah-istilah baru dalam konteks bahasa Indonesia serta memberikan alternatif padanan kata yang sesuai. Kolaborasi antara media massa dan lembaga pendidikan juga sangat penting. Melalui pelatihan dan workshop yang melibatkan siswa, media dapat mengenalkan pentingnya penggunaan bahasa baku serta memberikan pemahaman tentang kaidah-kaidah jurnalistik. Kegiatan ini tidak hanya akan meningkatkan kemampuan berbahasa generasi muda tetapi juga membangun rasa cinta terhadap bahasa dan budaya Indonesia.
Dalam upaya mempertahankan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, Batik TV menerapkan strategi pembiasaan penggunaan bahasa baku dalam setiap program siarannya sebagai upaya mempertahankan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jurnalis dan penyiar diwajibkan untuk menyampaikan berita dengan menggunakan bahasa sesuai kaidah EYD. Ini menunjukkan komitmen media untuk menjaga kualitas bahasa dalam setiap konten yang disajikan kepada masyarakat. Pentingnya penggunaan bahasa baku dalam penyampaian berita juga ditekankan dalam wawancara tersebut. Penggunaan bahasa yang tepat tidak hanya membantu masyarakat memahami informasi dengan lebih baik tetapi juga menciptakan citra positif bagi media itu sendiri. Dengan demikian, tanggung jawab moral media massa adalah memastikan bahwa setiap informasi yang disampaikan bukan hanya akurat tetapi juga disajikan dengan cara yang menghormati kaidah-kaidah berbahasa.
Media juga perlu memperhatikan perkembangan kosakata baru akibat pengaruh teknologi dan media sosial. Istilah-istilah baru sering kali muncul di platform-platform digital dan dapat memengaruhi cara orang berkomunikasi. Media massa harus mampu menyaring istilah-istilah ini dan memberikan penjelasan atau padanan kata dalam bahasa Indonesia agar masyarakat tetap teredukasi tentang penggunaan bahasa yang tepat. Salah satu contoh konkret adalah ketika media massa mulai mengganti istilah "online" dengan "daring." Istilah "daring" telah resmi diakui oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai padanan kata untuk "online." Dengan melakukan hal ini, media tidak hanya membantu memperkenalkan kosakata baru tetapi juga mendorong masyarakat untuk menggunakan istilah tersebut dalam komunikasi sehari-hari.
Media massa memiliki potensi besar untuk meningkatkan literasi bahasa Indonesia di kalangan masyarakat. Dengan menyajikan konten berkualitas tinggi yang menggunakan bahasa baku, media dapat menjadi contoh bagi masyarakat tentang bagaimana seharusnya berkomunikasi secara efektif. Dalam wawancara tersebut, dijelaskan bahwa media harus aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Melalui program-program literasi dan kampanye sosial, media dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam pengembangan kemampuan berbahasa mereka. Misalnya, lomba menulis atau debat berbahasa Indonesia dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keterampilan berbahasa sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas budaya bangsa. Kegiatan semacam ini tidak hanya meningkatkan kemampuan berbahasa tetapi juga memperkuat rasa kebangsaan di kalangan generasi muda.
Pentingnya literasi terlihat dari bagaimana media massa dapat membantu mengurangi penyebaran berita bohong (hoaks) melalui penyampaian informasi yang akurat dan jelas. Dalam wawancara tersebut, dijelaskan bahwa proses pembuatan berita harus mengikuti kaidah jurnalistik yang benar, termasuk mencari bahan berita dari narasumber yang kompeten. Dengan melakukan hal ini, media tidak hanya memberikan informasi tetapi juga mendidik masyarakat tentang cara memilah informasi yang benar dari yang salah.