Baru saja saya Memainkannya. Berharap esok hari saya mampu mengingatnya dan menuliskan beberapa not yang Kumainkan Saat Ini. 12 nada ini, telah begitu banyak bercerita, atau digunakan sebagai media bercerita sejak berabad-abad lamanya. mewakili suka duka umat manusia, mewarnai peradaban. entah sudah berapa karya lagu tercipta olehnya. 100 ribu? 100 juta? entahlah, selama seniman musik masih ada pasti akan lebih berjuta-juta lagi yangg akan tercipta.
'..Musik sudah ada sejak Zaman purbakala dan dipergunakan sebagai alat untuk mengiringi upacara-upacara kepercayaan. Perubahan sejarah musik terbesar terjadi pada abad pertengahan,disebabkan terjadinya perubahan keadaan dunia yang makin meningkat. Musik tidak hanya dipergunakan untuk keperluan keagamaan, tetapi dipergunakan juga untuk urusan duniawi..musik tedak lagi dititikberatkan pada kepentingan keagamaan tetapi dipergunakan juga untuk urusan duniawi, sebagai sarana hiburan..' (buku sejarah musik jilid 4 - musik liturgi jogja)
hiburan? iya, musik memang menghibur. ada periode dimana musik menjadi hiburan, tetapi berabad-abad sebelumnya hanya kalangan tertentu saja yg bisa menikmati sajian musik, raja dan para petinggi kerajaan. bahkan musik memiliki Undang-undang sendiri dan ada sanksi bagi siapa saja yang melanggarnya, silahkan baca sejarah musik klasik, dulu saya membacanya sampai jilid ke 9 terbitan Pusat Musik liturgi karya karl edmund priej dosen ISI jogja. buku itu mengupas tuntas sejarah musik dunia, beserta teori-teori musik, estetika musik, filsafat musik dan yang paling keren dari buku tersebut adalah ILMU HARMONI!. sayangnya buku-buku tersebut hilang di kost saat gempa jogja tahun 2006 kemarin.
buku-buku diatas benar-benar mencuci otak saya, maklum sebelumnya saya hanya mengenal musik-musik cadas. 8 tahun telinga dihajar musik-musik Heavy Metal, Thrash Metal, dan yang paling fundamental, terkadang juga masih saya mainkan hingga saat ini adalah DEATH METAL ! genre yang paling tidak nyaman bagi telinga para orang tua , termasuk ibu saya :D seringkali saya merindukan masa-masa itu, dimana kita bisa berekspresi sebebas-bebasnya, meneriakkan kemarahan melalui elektrik gitar, meraung, menyayat menjangkau nada-nada tinggi dengan picking, bending, harmonic dan juga memainkan whammy bar sambil berhayal bahwa saya adalah gitaris handal Steve Vai :D di akhir lagu membanting dan membakar gitar seperti yang pernah dilakukan oleh Jimi Hendrix, kemudian disambut gemuruh applause penonton, waw...indahnya hidup..hahahahaha. masa2 yang tak terlupakan..apa kabar kawan2 metal scene era 1999 - 2003? Miss U All!
januari 2003 saya berangkat ke jogja. nekat saja, tidak banyak yang saya bawa, sebuah koper 'sejuta impian' minjem milik guru gitar saya, sampai di stasiun lempuyangan uang saku tersisa 1500 rupiah. 500 buat beli nasi kucing, 500 untuk sebatang rokok dan 500 koin untuk telpon seorang sahabat yg sudah lama kuliah d jogja. Alhamdulillah, telpon diangkat oleh yang bersangkutan dan segera menjemput saya d stasiun.
1500 rupiah yang ajaib! terima kasih tak terhingga untuk saudaraku Mbah Ahmad Djun dan bang ali Rajaiwak, entah dengan apa aku membalas kebaikan kalian. you saved my life..
Jogjakarta, disini ilmu-ilmu berserakan. di warung2 angkringan, disepanjang jalan ring Road, semua sudut kota ini adalah Guru-guru sejati yang mengajarkan Kehidupan yang sesungguhnya. dikota lain mungkin kita perlu mengeluarkan kocek ratusan ribu untuk menyaksikan sajian musik jazz, itupun mungkin hanya ada dihotel berbintang.
Disini, dikota pelajar ini kita cukup beli teh hangat dan nongkrong di warung angkringan kita sudah bisa menikmati sajian jazz yang dimainkan oleh musisi-musisi berbakat. setiap senin malam di malioboro kita bisa menyaksikan komunitas malioboro classical beraksi, kumpulan para musisi gitar klasik jogja, mulai musisi usia 14 tahun sampai usia kakek-kakek berkumpul disana, memainkan komposisi-komposisi klasik dengan skill gitar yang benar-benar gawat. disela-sela acara ada diskusi segala hal yang berkaitan dengan musik klasik, saling bertukar ilmu dan informasi.
Hebat! begitulah jogjakarta, kota yang nyaman dengan para pelajarnya yang kritis dan berkarakter, masyarakatnya yang hiterogen, multi-culture namun menghormati satu sama lain dan menghargai perbedaan. jogja lebih menakjubkan dari yang saya bayangkan sebelumnya.
Saya berada dikota yang tepat. perlahan-lahan mulai terbangun motivasi hidup. rangkaian 12 nada itu mengobarkan lagi bara api semangat, setelah sekian lama tertidur..lelap..zzz...
~ continued... ~
Next : "..melihat dengan pendengaran, mendengar dengan hati, merasakan dengan pikiran.."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H