Mohon tunggu...
Nurhasanah
Nurhasanah Mohon Tunggu... Lainnya - Pengarang

Halo, aku Nuha.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kenapa Harus Kita Lagi, Bu?

7 Oktober 2024   19:20 Diperbarui: 18 Oktober 2024   20:36 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah ini sudah ku anggap persinggahan ternyaman untukku berisitirahat,Sejuk diantara polusi kota,Nyaman ditengah panasnya Jakarta,Tempat istirahat terbaik ketika hiruk pikuk masalah kerja.
Kini menjadi rumah terseram yang pernah ku punya,
Kini menjadi rumah tersempit dibanding polusi kota,
Kini menjadi rumah terpanas dibanding Jakarta,
Kini tidak ada lagi tempat istirahat ketika merenungi hiruk pikuk dunia.

Kenapa jalang itu datang mengacak-acak rumah kita?
Kenapa jalang itu merebut tempat kita?
Kenapa jalang itu menghancurkan semuanya?

Berkeping-keping semua.
Berantakan!

Haruskah takdir kita di dunia seperti ini, Bu?
Apa tidak ada setitik bahagia untuk kita, Bu?
Senangkah dunia melihat kita porak poranda?

Musim kemarau rasanya musim hujan,
Tidak hujan namun bagai disambar petir,
Hidup namun mati.

Kesal, marah, benci, jijik!

Kenapa harus kita lagi, Bu?

Nuhaaw_

Serang, 23 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun