PADANG- Fungsi strategis yang dimiliki humas (hubungan masyarakat) saat ini menuntut agar praktisi humas memiliki kompetensi yang semakin baik. Karena itu, Humas diharapkan mampu untuk melakukan proses pencerdasan bangsa. “Humas bukan hanya untuk mencitrakan Kepala Daerah, humas harus menjadi cyber teacher, sebagai bagian dari proses pencerdasan bangsa,” ujar Freddy H. Tulung Ketua Umum Bakohumas saat membuka Bimbingan Teknis Bakohumas di Grand Inna Muara Hotel, Padang, Jumat pagi (23/5).
Dalam Bimtek Bakohumas bertema teknik penulisan, advertorial dan penerbitan media internal itu, Freddy H. Tulung yang juga sebagai Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo menerangkan bahwa saat ini kualitas sumber daya manusia humas menjadi salah satu penyebab bahwa proses diseminasi informasi kepada publik wajib ditingkatkan. Diantaranya melalui peningkatan skill kehumasan. “Revolusi informasi yang terjadi saat ini telah merubah pola komunikasi yang ada, data menunjukkan, hingga akhir tahun 2013 pengguna smartphone mencapai 63 juta orang dan diperkirakan akhir tahun ini mencapai 82 juta orang,” ungkap Freddy H. Tulung.
Karena itu, lanjutnya, ruang publik menjadi semakin terbuka luas, konsekuensinya adalah saat ini batas antara ruang publik dan ruang privat menjadi kabur. “Masyarakat saat ini dibanjiri informasi, tanpa memiliki kemampuan untuk menseleksi informasi yang baik dan informasi yang tidak baik,” kata Freddy H Tulung.
Diakhir sambutannya Freddy H. Tulung mengharapkan agar bimtek yang diselenggarakan tanggal 23 hingga 24 Mei 2014 ini dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan anggota humas pemerintah untuk semakin memahami dan memiliki kemampuan teknikal dasar yang meliputi teknik penulisan, advertorial dan penerbitan media internal. “Diharapkan melalui bimtek ini, aparat humas pemerintah mempunyai kemampuan teknikal dasar dalam penyediaan dan penyebaran informasi strategis pemerintah,” tutupnya.
Sementara itu, dalam presentasi pengantar yang disampaikan oleh Ahmad Kurnia Tenaga Ahli Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo mengatakan bahwa humas dalam pembuatan berita advertorial lebih banyak menonjolkan kepala daerah. “Saat ini humas lebih banyak menonjolkan tokoh, sudah saatnya kita tinggalkan pola seperti itu,” ujarnya. Hal senada juga disampaikan oleh Subagio Tenaga Ahli Ditjen Informasi dan Kominfo Publik Kemkominfo yang mengungkapkan bahwa citra yang dibangun humas harus sesuai dengan realitas. “Jika tidak diikuti realitas, maka hal itu bisa menjadi keruntuhan,” kata Subagio.
Hadirkan Pembicara dari Media Indonesia
Sementara itu, dalam bimbingan teknis, Direktorat Kemitraan Komunikasi Kemkominfo menghadirkan tiga pembicara dari Media Indonesia, Abdul Kohar Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia, Ono Suwono Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia, dan Budiana Indrastuti Kepala Divisi Publishing Media Indonesia.
Ada hal menarik ketika Abdul Kohar Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia menyampaikan materinya tentang penulisan advertorial. Menurutnya, humas telah terjerumus dalam narsisme. “Jebakan utama dalam advertorial ialah narsisme. Advertorial seringkali secara berlebihan menampilkan pejabat atau petinggi, bukan program,” ujarnya. Karena itu, lanjutnya, hendaknya dalam advertorial lebih ditekankan kepada program, tidak selalu pejabat. Selain itu, judul dalam advertorial harus dibuat semenarik mungkin. “Ambillah angle yang menarik. Contohnya: Pemprov Jabar dan Pemkot Bandung punya program membangun monorel. Pemprov memilih angle aktualitas dan perbandingan. Aktual karena program itu baru dan sedang menjadi pembicaraan. Pada saat yang sama, monorel di DKI masih menjadi wacana. Pemprov Jabar dan Pemkot Bandung diam-diam sudah memulai dan menjajaki monorel. Advertorial tentang program monorel Pemprov Jabar itu pun diberi judul Monorel tanpa rewel,” papar Abdul Kohar.
Sementara itu, Ono Suwono dalam bimtek ini menerangkan news value (nilai berita) dan unsur-unsur dari suatu berita. “Siaran pers yang ditulis staf atau pejabat humas harus mengandung nilai berita, diantara nilai berita itu adalah faktual, aktual, proximity (kedekatan), prominence (tokoh), sensasional, unik atau luar biasa, memiliki magnitude, konflik, human interest dan menyangkut orang banyak,” papar Ono Suwono. Dalam materinya Ono Suwono mengungkapkan kelemahan dari siaran pers humas, menurutnya siaran pers yang diberikan dari humas ke media massa seringkali mengambil angle seremonial. “Pilihlah angle yang menarik, bukan yang seremonial. Kecuali seremonial itu memang benar-benar menarik,” katanya.
Pada bagian materi terakhir, tentang penerbitan media internal yang disampaikan oleh Budiana Indrastuti menerangkan bahwa penerbitan media internal menjadi salah satu bagian penting untuk menampilkan dan mempromosikan tulisan, karena itu gaya penulisan juga perlu menjadi perhatian, bentuk dari media internal ini bisa dalam bentuk cetak dan online.
Dalam bimtek ini juga digelar sesi tanya jawab, bimtek hari pertama Jumat (23/5) berlangsung mulai pukul 08.30 WIB sampai pukul 17.30 WIB dan akan dilanjutkan hari kedua Sabtu (24/5). Bimtek Bakohumas teknik penulisan, advertorial dan penerbitan media internal ini merupakan rangkaian dari acara PIN (Pekan Informasi Nasional) yang diselenggarakan di Padang tanggal 23 Mei sampai 27 Mei 2014. Dalam bimtek ini peserta juga ditugaskan untuk melakukan penulisan siaran pers dan advertorial. Peserta merupakan para praktisi humas pemerintahan, dan yang berkaitan dengan komunikasi dan informasi. (nug)
Reporter: Nugroho Tri Putra
(Pranata Humas pada Humas Setda Kota Bengkulu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H