Ngga terasa yaa sudah mau ketemu sama Lebaran lagi? Terlebih saat Ied Fitri dimana di hari kemenangan tersebut kita kembali suci ke titik nol adalah momen yang paling tepat untuk saling bermaafan. Tradisi yang wajib dilakukan yaitu open house, sungkem dengan orang tua dan keluarga yang lebih tua, halal bihalal dengan para tetangga dan sanak saudara.
Sudah keharusan bagi keluarga kami sejak dulu untuk saling mengunjungi keluarga dari pihak Ayah dan Ibu. Kalau rumah kami sudah didatangi ketika hari pertama itu artinya kami kembali mendatangi keluarga tersebut di hari kedua Lebaran.Â
Tak hanya yang tua bahkan yang muda pun juga tak luput kami kunjungi. Meskipun banyak saudara dari keluarga Ibu yang non-muslim tapi mereka juga ikut bersuka cita merayakan berlebaran bersama kami.
Terkadang jarak yang jauh sekalipun juga tetap mereka tempuh. Begitu pun dengan keluarga kami, meski makan waktu yang berjam-jam lamanya untuk sampai ke lokasi. Apapun kendalanya dan bagaimana pun caranya karna berbekal niat akan kami lalui. Because family is everything! Walaupun kecanggihan teknologi bisa mendekatkan yang jauh dengan berkomunikasi lewat Video Call atau media lainnya, rasanya kurang afdhol gitu kalo ngga bertatap muka dan berjabat tangan secara langsung.
Kebetulan keluarga kami ada yang menempati rumah di daerah Cileungsi, Jawa Barat. Sudah dari dulu kalo mau bertolak ke sana ada terbersit keengganan atau pyak pyek ngedumel dalam hati sambil berujar, "Yahh macett, yaah jalannya rusak , yaah tua di jalan nih nanti". Saya masih ingaaattt betul ketika belum ada transportasi massal seperti Transjakarta dan Transjabodetabek harus naik angkutan umum beberapa kali.Â
Dari rumah harus naik Metro Mini ke arah Kampung Rambutan masih nyambung naik mikrolet lagi sampai Pasar Cileungsi (malah kadang trayeknya dipersingkat hanya sampai Cibubur) terus masih transit lagi dengan angkot kecil menuju ke gerbang utama Komplek Perumahan Paspampres.Â
Parahnya lagi dari depan Komplek harus naik Opang (Ojek Pangkalan) untuk sampai ke rumah saudara saya itu. Wah bayangkan perjuangannya. Kalo ngga berangkat dari pagi sampai lokasi bisa sore kali.Â
Belum lagi kondisi jalan yang tidak mulus karena belum teraspal dengan baik. Sekalipun teraspal masih sering rusak karna banyak truk besar yang melintas pada malam hari. Bisa aja sih kami naik mobil pribadi tapi belum apa-apa keburu pusing dan bisa-bisa masuk angin gegara stres nyetir di jalan. Hal ini bukan membual semata tapi memang pernah kami alami sebelumnya.Â
Seiring waktu berjalan keadaan berangsur berubah. Kalo mau lebih ringkas dan punya lebih uang jaman sekarang mendingan naik Taxi Online. Tapi yaa itu bukan cuma harus membayar tarif sesuai aplikasi tapi kita perlu menyiapkan uang ekstra untuk membayar TOLL dan kasih uang tips untuk pengemudi. Sebab kasihan juga ngga tega sih lihatnya mengingat jarak yang jauh dan waktu yang ditempuh. Sebentar-sebentar harus pindah rem gas rem gas terus. Dan sang driver harus kembali lagi melewati jalur yang sama ketika pulang. Sudah pasti stuck di tengah jalan.
Pernah sekali tempo nekat bawa motor berboncengan dari rumah ke sana. Kelebihannya bisa selap-selip sana sini serta terhindar dari kemacetan tapi bisa 3-5 kali berhenti istirahat untuk sekedar minum atau meluruskan kaki. Sialnya seringkali mengalami pecah ban sampai bocor dalem dan mau tidak mau harus ganti ban. Mau untung malah jadi buntung.Â
Kalau dihitung-hitung sama aja kan ruginya naik motor ke sana dengan naik Taxi Online? Please stop complaining! Bukan Sam namanya kalo sampai nyerah sama keadaan. Saya ngga kehabisan akal. Alhamdulillah rumah dekat dengan Terminal Blok M. 2 tahun belakangan ini saya sering mengajak orang tua berkunjung ke sanak famili yang di Cileungsi naik Trans Jabodetabek jurusan Blok M-Cileungsi.Â
Meski armadanya belum banyak paling tidak ada alternatif moda transportasi massal nih yang bisa kita manfaatkan. Begitu bus datang ngga perlu nunggu penumpang penuh dulu alias ngetem. Dari segi ongkos pun sangat terjangkau, mengingat jarak yang jauh melewati jalur antar kota dan propinsi via TOL JORR (Jakarta Outer Ring Road).
Barangkali dewi fortuna saja belum berpihak pada saya. Kami sangat memaklumi situasi lalin di jalan yang tidak menentu karena jalur yang biasa dilewati dari dulu hingga sekarang hanya di situ saja. Sekalipun bisa lewat Bekasi akan sama saja dan harus berputar lagi. Padahal ketika Presiden SBY masih menjabat saat itu sempat ada wacana ibukota akan dipindah ke Cileungsi.Â
Maklum saja pada saat itu rumah kediaman keluarga beliau berada di Cikeas tak jauh dari Cileungsi. Jangankan bermimpi berkhayal pun tak mau. Kalo benar terjadi segala keperluan administrasi dan pemerintahan harus mondar-mandir Jakarta - Cileungsi PP.Â
Padahal populasi penduduk terus bertambah sedangkan lahan yang tersedia segitu-gitu aja. Malah menyempit dengan adanya pembangunan dimana-mana dan orang yang mampu memiliki mobil semakin banyak. Huft! Andai pintu kemana saja Doraemon beneran ada mungkin drama kemacetan nggak akan ada yhaa? Haha.
Menteri Perhubungan (Menhub) juga menegaskan bahwa pembangunan LRT Jabodebek merupakan salah satu program prioritas nasional. Terutama untuk menjawab tuntutan masyarakat akan transportasi umum yang aman, nyaman dan memiliki ketepatan waktu yang tinggi.Â
Hal ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan dan mengurai kemacetan Jalan Tol Jakarta Cikampek, serta Jalan Tol Jagorawi. Beruntung ya atas keputusan Perpres (Peraturan Presiden) di era pemerintahan Kabinet Kerja Joko Widodo sekarang ini barulah program tersebut bisa terlaksana. Presiden Jokowi menandatangani 2 Perpres untuk melaksanakan pembangunan LRT ini pada 2 September 2015.
Kenapa harus LRT?
LRT adalah singkatan dari Light Rail Train atau sederhananya Kereta Api Ringan yang merupakan moda layanan transportasi yang mengoperasikan kereta penumpang di atas rel ringan. LRT nantinya bekerja dengan konsep "memindahkan penumpang lebih banyak melalui operasi rute yang lebih banyak.Â
Jangkauan LRT juga biasanya hanya melayani rute perkotaan seperti dari satu tempat di Jakarta ke tempat lain di dalam Jakarta dan rute lintas perkotaan seperti Bekasi-Jakarta atau Jakarta-Cibubur.Â
Istilahnya rute layanan urban dan interurban. Berbeda dengan pengoperasian LRT di Sumsel, LRT Jabodebek dibangun untuk mengurangi kepadatan kendaraan yang masuk Jakarta dari kota-kota satelit di sekitarnya. Sehingga meminimalisir kemacetan di tol Jakarta - Cikampek (Japek) dan Jagorawi.
Berdasarkan Perpres No.98 tahun 2015 yang berisikan tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan / Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi dan Perpres No.99 tahun 2015 yang menyebut tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta terdapat 3 hal yang diatur dalam Perpres tersebut meliputi Penunjukan Adhi Karya untuk membangun sarana (jalur termasuk konstruksi jalur layang, stasiun dan fasilitas operasi), membentuk badan penyelenggara transportasi Jabodebek serta berkaitan dengan penunjukan BUMD DKI yang dikoordinasikan dengan Gubernur agar LRT dari luar Jakarta kemudian masuk ke dalam wilayah Jakarta dapat dikoordinasikan dengan Pemda DKI Jakarta.
Kemudian 29 Juli 2016, Presiden Jokowi kembali menandatangani Perpres No.65 tahun 2016 sebagai perubahan terhadap Perpres Nomor 98 Tahun 2015. Dalam Perpres terbaru tersebut prasarana yang menjadi kewajiban Adhi Karya pun bertambah sebab harus membangun depo, setelah sebelumnya hanya ditugaskan membangun jalur, termasuk konstruksi jalur layang, stasiun dan fasilitas operasi. Adapun, pelaksanaan tersebut dilaksanakan melalui pola Design and Built serta menggunakan standar gauge (ukuran rel standar 1.435 mm).
Pemerintah memandang perlu memberikan alternatif pendanaan untuk pelaksanaan pembangunan prasarana dan penyelenggaraan sarana Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi itu.Â
Atas pertimbangan itulah, pada 3 Mei 2017, Presiden Jokowi telah menandatangani Perpres No.49 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No.98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit (LRT) yang terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.
Ruang Lingkup Proyek LRT
Proyek LRT berada di bawah pengawasan JAKPRO (Jakarta Property). Sementara itu LRT Jabodebek sendiri dibagi dalam dua tahap, saat ini proyek LRT Jabodebek yang sedang berjalan adalah tahap 1 yang diperkirakan akan rampung pada tahun 2019.Â
Adapun LRT Jabodebek tahap I terdiri dari 3 lintas layanan yaitu Lintas layanan 1 Cawang-Cibubur, Lintas layanan 2 Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, Lintas layanan 3 Cawang-Bekasi Timur.
Sampai dengan 8 Februari 2019 progres atau kemajuan pembangunan prasarana LRT Jabodebek tahap satu telah mencapai 58,3 persen. Rinciannya adalah lintas pelayanan 1 Cawang - Cibubur 78,5 persen. Kemudian progres lintas pelayanan dua Cawang - Kuningan - Dukuh Atas 46,1 persen, dan lintas pelayanan tiga Cawang- Bekasi Timur 52,8 persen
Kelebihan LRT
Aksesnya mudah, bebas hambatan, waktu tempuh yang singkat, tarif terjangkau, lebih terjadwal, dan yang paling penting aman dan nyaman serta ramah lingkungan.
Pada peruntukkannya nanti akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya seperti MRT (Mono Rail Train), KCI (Kereta Commuter Indonesia), KA Bandara dan tentu saja Transjakarta. Bahkan terminal bus antar kota dan angkutan dalam kota (angkot).
Dengan waktu operasional dari pukul 04.00 hingga 23.00. Di luar jam operasional akan dilakukan pemeliharaan dan perawatan (maintenance) jalur dan sebagainya.
Fasilitas Perawatan dan Pemeliharaan LRT
Penutup
Fasilitas tersebut dapat dijadikan pijakan atau tumpuan bagi masyarakat dalam bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain. Ngga ada lagi deh yang namanya harus antre panjang atau berdiri senggol-sengolan. Kultur masyarakat urban perkotaan Indonesia harus segera dirubah.Â
Modanya sudah disiapkan, fasilitasnya pun disediakan. Ayoo tunggu apalagi? Mari kita rubah mind set (pola pikir) yang statis menjadi lebih fleksibel dan dinamis. Karena dengan membangun transportasi umum berarti ikut membangun sistem dan memajukan peradaban.
Dengan adanya LRT di Sumsel yang telah lebih dulu rampung dan disusul Jabodebek nantinya akan mempermudah ruang gerak masyarakat, dan hitung-hitung sebagai sarana rekreasional sebab dapat menghilangkan kejenuhan serta kepenatan dari padatnya traffic (lalu lintas) di jalan raya sesaat. Bagi saya secara pribadi inovasi LRT ini seperti penyambung silaturahmi.Â
Walaupun saya sendiri belum pernah menjajali LRT seperti apa rasanya tetapi yang ada dalam bayangan saya seperti tidak ada lagi sekat yang memisahkan jarak dan waktu yang menghalangi. Tak bisa dipungkiri jarak yang kelihatan jauh tapi sekarang bisa lebih dekat. Silaturahmi antar keluarga yang terjalin justru menjadi semakin erat. Amin ya rabbal alamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H