Narkoba menjadi sebuah momok yang menakutkan bagi masyarakat. Tak hanya di seluruh penjuru dunia saja tapi juga di Indonesia. Entah sejak kapan barang haram tersebut dengan mudahnya memasuki nusantara dan menggerogoti sendi-sendi kehidupan bangsa. Tak hanya kalangan selebritis, publik figur hingga para pelajar ikut menjadi korbannya tapi juga para aparat dan pejabat tinggi negara terbius modus iblis sang penyabut nyawa.
Menurut hemat saya gaya hidup (lifestyle) di negara barat sana dengan pemahaman sex, drugs and rock n' roll yang dianut oleh kebanyakan para kaum Hippies menjadi faktor pemicunya. Penyebarannya yang masif begitu kuat mempengaruhi secara militan dan simultan. Ditambah lagi berkembangnya teknologi dan informasi memang membantu pekerjaan manusia namun celakanya turut mempermudah akses transaksional barang haram tersebut. Stress atau tekanan hidup dan pergaulan menjadi alasan klisye pada akhirnya sebagian orang jatuh cinta dan mengenal narkoba.
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya baik sumber daya alam dan manusianya. Hal ini terlihat dari negara kepulauan terbesar dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Selain itu memiliki jumlah penduduk atau populasi nomor keempat terbesar di dunia dan disinyalir menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ke 15 di dunia. Namun dengan prestasi tersebut di atas, kita jangan jadi cepat berbangga hati. Kita harus selalu mawas diri dan berevaluasi. Pada kenyataannya di era globalisasi seperti sekarang ini justru bangsa kita dihadapkan pada banyak tantangan dan ancaman.
Ancaman di jaman kiwari ini tak sekedar berasal dari lingkup internal namun juga eksternal. Dalam ranah internal, ledakan populasi yang berimbas pada bonus demografi memunculkan banyak gerakan separatisme, kasus korupsi, konflik komunal/ SARA serta kesenjangan sosial ekonomi. Lebih global lagi dari sektor luar terjadi ancaman seperti penetrasi budaya asing, dampak perang dagang negara China-AS dan juga gangguan keamanan internasional termasuk penetrasi ideologi transnasional.
Dari kedua lingkup tersebut tak terelakkan lagi narkoba atau drugs ikut menyerang lini-lini kehidupan bangsa. Masalah ini bertambah kompleks sehingga pada era di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi diberlakukan status Indonesia Darurat Narkoba. Pemberlakuan tersebut bukan tanpa alasan. Persoalan narkoba dianggap menjadi masalah yang lebih mengerikan daripada kasus korupsi atau terorisme karena dianggap merusak otak dan tidak ada yang bisa menjamin kesembuhan. Selain itu seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali para aparat dan pejabat turut terkontaminasi. Dengan adanya jumlah temuan jenis baru sejak Maret 2018 tanpa disadari narkoba telah menyebar ke seluruh wilayah pelosok tanah air dan menyasar kalangan remaja dan anak-anak. Betapa merugi dimana sebanyak 30 orang meninggal dunia per harinya. Bukan tidak mungkin perlahan-lahan berpotensi akan berimbas pada kehilangan generasi terbaiknya.
Apa yang Terjadi di Desa?
Badan Narkotika Nasional atau yang disingkat BNN lantas tidak tinggal diam. Sebagai institusi yang berwenang untuk memberantas narkoba telah mengupayakan banyak langkah mulai dari tindakan pencegahan hingga penanganan pemulihan. Termasuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sosialisasi Bahaya NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif) dan Menanggulangi Penyalahgunaannya.