Selanjutnya, Tika juga menyinggung peran perempuan yang terlibat di balik layar beragam film Indonesia mulai dari penulis skenario, sutradara, hingga produser.Â
Tika juga tidak segan berbagi dengan mengatakan menjadi penulis skenario ketika mendapatkan pengalaman dibayar sebelum film tayang. Mbak Tika menyebutkan, mau filmnya laris atau tidak, bagi penulis skenario film tidak ada bedanya selain kepuasan bathin jika filmnya memperoleh apresiasi dan jumlah penonton di atas target yang diharapkan. Hal yang perlu diingat bahwa seorang penulis skenario membutuhkan kerja keras dan riset mendalam pada setiap naskah yang ditulisnya. Hampir setiap hal perlu disusun dengan sangat detil, rapi dan terperinci. Karakter dalam suatu film memegang peran. Kekuatan karakter akan membuat film lebih mengalir. Hal ini dapat dirasakan saat menonton film, yang harus menggugah dan mampu menampilkan realita saat ditayangkan. Swastika merekomendasikan untuk menonton Hari Ini Pasti Menang (2012) dan Cahaya dari Timur Beta Maluku (2014).
Swastika menekankan film adalah media audio visual. Penulis skenario harus membuat tulisan  yang bisa dilihat dan didengar oleh para penontonnya. Pesan yang terdapat di dalam film dapat tersampaikan dengan baik. Please Show Not Tell. Swastika pun menambahkan, Jangan Menunggu Inspirasi Datang! Bayangkanlah sebuah emosi yang dapat mempertahankan cerita. Penulis naskah harus bisa menyampaikan sebuah pesan, selain mahir membuat cerita.
Pengalaman Mengulas Film Dari Sudut Pandang Blogger Film
Sekarang ini tak hanya keberedaan para kreator (sineas) saja. Penilaian dari sisi pemerhati film mulai diperhitungkan. Event KOMIK bersama Danamon turut pula mengundang Balda Fauziyah, seorang blogger dengan spesialisasi mengulas film ini rajin menonton film Indonesia di bioskop. Balda luar biasa, hampir setiap pekan menonton 3 - 4 film Indonesia di bioskop. Salut sekali! Bayangkan jika setiap anak muda rajin menonton film Indonesia seperti Balda pasti film-film Indonesia akan menjadi tuan rumah yang punya tempat di negeri sendiri.Â
Menurut Balda yang perlu diperhatikan oleh seorang blogger film, bahwa dalam membuat review sebaiknya tidak hanya melalui trailer semata. Sebab ada trailer film sangat bagus tapi kenyataan saat film tersebut ditonton malah mengecewakan. Sebaliknya ada trailer yang standar tapi ternyata filmnya malah sangat menajubkan. Balda menyarankan agar dalam menulis review harus turun ke lapangan menonton film terlebih dahulu sebelum membuat ulasan. Dalam mengulas sebuah film pun, setidaknya ada beberapa poin penting yang menjadi fokus seorang blogger film. Balda menuturkan, ia akan mengulas alasannya menonton film tersebut, atau adanya ketertarikan lain yang membuatnya hingga akhirnya memutuskan untuk menonton. Kemudian Balda menulis sinopsis singkat dari film yang dimaksut tersebut dengan menyematkan tips dan trik untuk membuat para pembaca sinopsis semakin penasaran. Pada akhirnya, blogger film harus memberikan sebuah rekomendasi kepada pembaca. Apakah film itu menarik, atau direkomendasikan dan ideal pada suatu kelompok usia atau peminat.
Dengan adanya aspek-aspek yang perlu dinilai dari sebuah film, Balda merumuskan ke dalam 4 hal yaitu:Â
1. Plot atau alur cerita pada film yang ditonton.
2. Sinematogafi atau dari segi visual. Meskipun tidak ahli dalam hal ini, setidaknya tahu mana gambar yang bagus atau tidak. Bagaimana suatu gambar yang terkadang tidak berbicara tetapi dapat memberi makna yang berbeda.
3. Akting dalam film Seorang penulis review film harus bisa membandingkan akting seorang pemeran film dalam film satu dengan film lainnya.
4. Scoring dan soundtrack film Hal ini merupakan elemen yang sangat penting dalam sebuah film. Musik scoring  menjadi nyawa dari awal hingga akhir cerita film.