Dalam konteks ini, dari puluhan, ratusan bahkan ribuan komentar netizen di media sosial tentang sesuatu yang viral dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan redaksi.
Dalam buku Analisis Teks Media karangan Alex Sobur (2012, h.30), Antonio Gramsci melihat media sebagai ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.
Di samping kepentingan ideologi antara masyarakat dan negara, dalam diri media massa terselubung kepentingan lain, misalnya kepentingan kapitalisme pemilik modal, kepentingan keberlangsungan lapangan kerja bagi para karyawannya dan sebagainya. Dalam kondisi dan posisi seperti ini, media massa tidak mungkin berdiri statis di tengah, dia akan bergerak dinamis di antara pusaran kepentingan yang sedang bermain. Kenyataan inilah yang menyebabkan bias berita di media massa adalah sesuatu yang sulit dihindari.
Referensi:
Sumadiria, Haris. 2011. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI