Goresan tinta ungu yang dilakukan beberapa orang setelah berpartisipasi dalam Pemilihan Umum 2019. Pemilu kali ini paling berkenang, bukan dari hebohnya pandangan politik kubu A, B maupun Golputer. Tetapi dari perspektif surveyor Litbang Kompas.
Ya, tahun ini saya berkesempatan menjadi salah seorang surveyor yang bertugas di TPS 65 Pancoran, Jakarta Selatan. Banyak pengalaman yang didapat, salah satunya ketika mengecek lokasi TPS dan saya bertanya kepada salah seorang warga "Ketua RTnya dimana ya pak?" lalu beliau menjawab "pak RTnya lagi sakit mas, sakit stroke". innalillahi, terkejut dan sedih mendengarnya.
Rabu, 17 April 2019, 07.00 WIB dimulainya pesta demokrasi dan dimulai juga saya membuat laporan, kemudian melakukan interview kepada beberapa responden, ada yang merespon baik dan tidak, setelah diberikan penjelasan mengenai tujuan saya di TPS ini alhamdulillah responden yang tidak mau diwawancara berubah pikiran.
Waktu menunjukkan pukul 12.15 WIB, ada dua orang datang ke TPS dan bertanya kepada petugas KPPS "pak kalau mau nyoblos pakai KTP doang bisa ga? saya bukan asli sini," petugas itu menjawab "mas punya formulir pindah memilih (A5)? kalau tidak punya, tidak bisa mas," setelah mendapat penjelasan dari petugas KPPS dua remaja itu pergi meninggalkan lokasi.
Proses perhitungan surat suara berjalan sampai tengah malam, karena banyaknya formulir yang harus diisi dan ditandatangani petugas maupun saksi. Hingga saya ditemani korlap @putripusparina Litbang Kompas dan pasangannya.
Surat suara DPR RI selesai dihitung, ketika saya ingin mendokumentasikan C1-KWK Planonya ternyata belum ada tanda tangan dari Ketua KPPSnya, lalu saya celingak-celinguk mencari keberadaan Ketua itu dan ternyata beliau lagi dikerokin di pojokan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H