KLITHIH, BENIH KRIMINALITAS REMAJA ATAU SEKEDAR EKSPRESI PASCA PANDEMIK?
Yogya berhati nyaman. Demikian slogan yang popular. Bersih sehat dan nyaman, artinya demikian. Namun pernah ada plesedan tidak sengaja, bahwa Yogya Berhati Nyaman artinya adalah "Ya kalau berhati-hati ya nyaman". Begitu candaan tukang becak, ketika ditanya wisatawan Nusantara (Wisnu) pada periode tahun 1990-an.
Semenjak fenomena Klithih, seakan-akan Yogya menjadi rawan kejahatan dan kriminalitas yang ternyata pelakunya remaja. Sempat rame dan viral, dan apparat dibuat terkesan bodoh karena hawong gitu saja kok gak bisa mengatasi, keduluan wartawan-wartawan dan netijen memviralkan sehingga citra Yogya tidak baik.
PENGERTIAN KLITHIH
Seingat saya, klithah klithih artinya wira wiri kurang kerjaan, atau sedang mencari sesuatu tapi agak bingung. Setelah boming klithih di seputaran tahun 2020-2022-an, Klitih atau yang memiliki kepanjangan Kliling Golek Getih, dan ini saya temukan di Wikipedia.
Ya kalau jaman dulu, kondisi ini biasanya akan dipisuhi dengan mengatakan lha kui kok asu hawong dolindolin kok diarani arep kerengan.
Namun kenyataan di lapangan, klithih menjadi salah satu fenomena kejahatan jalanan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Umumnya, pelaku klitih adalah pelajar remaja.
Apa yg dimaksud dengan klitih?
Pertama-tama, kata klitih berasal dari bahasa Jawa yang berarti aktivitas untuk mencari angin di luar rumah. YA artinya gur mlaku-mlaku atau riwa riwi mencari angina. Alias panji klanthung atau pengangguran, atas siswa yang buneg di kamar lantas keklithihan sambil motoran santai.