Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kliping Psikologi Bunuh Diri, Realitas Ekonomi atau Emosi?

31 Januari 2022   16:58 Diperbarui: 2 Februari 2022   20:45 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi sebagian korban bunuh diri (baca: pelaku), terkadang membuat surat wasiat yang mengindikasikan adanya tekanan ekonomi. Negara-negara miskin lainnya juga diduga motif bunuh diri karena kemiskinan adalah realita yang ada.

Memang, para ahli lain menyebutkan bahwa Korea dan Jepang berbeda. Korea disebabkan karena kepercayaan kuat adanya reinkarnasi (kelahiran kembali), sehingga para muda yang popular namun ada ambisi yang sulit tercapai, memutuskan untuk bunuh diri agar dapat dilahirkan kembali sebagai anak manusia baru.

Sementara di Jepang, bunuh diri dalam konteks hara-kiri (menggunakan pedang samurai), adalah jalan kehormatan apabila menemui situasi kekalahan atau sulit lainnya. Di Amerika Serikat, bunuh diri melalui jembatan San Fransisco dengan cara terjun bebas, dianggap sebagai bentuk keindahan menjumpai maut.

Beberapa ahli juga menyebutkan, tekanan sosial, ekonomi, keterpurukan pemicu bunuh diri termasuk tak memiliki pekerjaan, tekanan belajar atau kerja, masalah keuangan, kehidupan keluarga, dan interaksi sosial serta perasaan kesepian.  

Artinya, sejatinya motif bunuh diri tidaklah merujuk pada realitas ekonomi, namun psikologis. Kita coba melihat mengapa faktor psikologis cenderung sebagai factor dominan pemicu bunuh diri.

Realitas Psikologis

Dapat dikatakan bahwa semua agama menentang tindakan bunuh diri. Dan semuanya diancam neraka bagi pelakunya. Dan Indonesia dikenal sebagai Negara yang religious dan beragama. Mengapa kejadian masih saja kita jumpa ?

Asosiasi  Psikolog Amerika  - American Psychology Association  (2015) mengatakan  bahwa bunuh diri is "a tragic event with strong emotional repurcussions for its survivors and for families of its victims". Bunuh diri adalah perilaku tragis yang sangat di pengaruhi kondisi psikologis dan emosional bagi korban, dan juga berdampak bagi keluarga korban.


Data di Amerika Serikat mencatat bahwa pada tahun 2010 saja lebih dari 36 ribu orang bunuh diri di Amerika dengan faktor utama penyebab adalah depresi, alienasi (perasaan terasing di tengah keramaian), stress, dan gejalanya semakin banyak pada usia remaja.

Lebih lanjut, kalau kita telusuri psikobiografi (rekam jejak psikologis korban atau pelaku), secara umum sebelum kejadian para pelaku ditengarai suka merenung atau kurang komunikasi, tertutup dengan lingkungan, bermasalah secara sosial, dan pada akhirnya kejadian tragis pun ditemui.

Dari situasi tersebut, kita dapat simpulkan bahwa kejadian bunuh diri lebih banyak dimensi psikologis ketimbang ekonomis. Bila kita menengok bunuh diri di Gunung Kidul DIY yang terkenal dengan mitologi pulung gantung, para korban (atau pelaku) sejatinya juga terisolir secara psikologis, baik karena usia yang tua dan sakit tidak kunjung sembuhatau hidup sendirian ditinggal anggota keluarga yang mukim berjauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun