Papua Nugini pernah diwartakan oleh Nash Daily sebagai negara yang jarang dibicarakan dunia. Tempatnya memang satu pulau dengan Indonesia, namun orang lebih mengenal Freeport Papua dan Raja Ampat Papua ketimbang Papua Nugini yang konon lebih didominansi politik Australia.
Dari diary Agustinus Wibowo sebagaimana dimuat di Kompas edisi (1/7/2021) dapat diketahui 3 hal utama sedang terjadi di Papua Nugini;
(1) Angka resmi pengangguran 2,6%, namun banyak orang usia muda yang tidak tampak bekerja alias menganggur. Apakah mereka tidak berpendidikan? Ternyata tidak juga. Dari 100 menejer, hanya 1 atau 2 saja yang warga lokal.
(2) Keamanan dan sosial yang masih memprihatinkan. Bisnis di Papua Nugini dikabarkan terhambat karena biaya yang tinggi untuk menghadapi kriminalitas dan kekerasan. Bahkan ada yang sering dicuri oleh staf sendiri.
(3) Kompetensi teknis yang memprihatinkan. Bukan hanya manajerial, bahkan teknis pun masih memprihatinkan. Ada contoh ekstrim di mana warga lokal membungkus parcel dikerjakan 2 orang selesei dalam 1 hari, sementara pemagang Indonesia 1 orang sehari bisa selesei 8 parcel.
Dan sekarang adalah tahun 2021 di tengah pandemi yang menggigit. Belajar kepada Papua Nugini, apakah masih ada hasrat untuk menjadi negara bagi Papua - Irian sementara kesejahteraan saat ini di Papua Barat sangatlah tinggi dibandingkan Papua Nugini?
Bahwa dari kisah A Wibowo, Papua Indonesia jauh lebih berjaya dibandingkan dengan negera tetangga.
Jayalah selalu Indonesiaku mu kita (1/7/2021-Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H