Bagaimana mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah lama tidak berjumpa padahal beliau sangat berjasa dalam kehidupan kita?
Sekarang kami mengerti bahwa dengan menyebut kebaikan itu, adalah salah satu cara kami mengekspresikan ucapan penuh terima kasih atas jasa yang pernah beliau berikan dan kreasikan. Sebagaimana peran yang pernah dilakukan oleh Ibu Sunarsih, SPd., kadang saya keliru menyebutnya dengan Ibu Sri Sunarsih, pamong guru sewaktu kami di SMP yang menjadi idola siswa karena pendekatan yang berbeda kepada siswa.
Mata pelajaran yang diampu adalah matematika. Dapat dibayangkan bagaimana hantu matematika ketika itu: sinus cosinus tangen co tangen, tabel sinus, faktor persekutuan terbesar FPB, faktor kelipatan terkecil FKK, dan lain sebagainya. Anak-anak desa seperti saya sampai gemeteran kalau mendapati pelajaran ini.
Hingga datanglah guru baru, ketika itu, Ibu Sunarsih. Beliau ceria dalam membawakan materi matematika, dan sering mendekati siswa kalau terlihat siswa mengalami kesulitan manakala latihan soal. Bahkan, beberapa siswa diberi pinjaman buku matematika untuk dipelajari di rumah. Saya malah menduga, sebenarnya siswa tersebut dibelikan buku oleh Bu Sunarsih, karena buku akhirnya belum tentu dikembalikan.
Saya sendiri senang mendapatkan perhatian dari Bu Sunarsih, karena tiap bertanya diberi jawaban yang melagakan. Kadang ada guru yang justru marah kalau diberi pertanyaan. Berbeda dengan Bu Sunarsih ini. Beliau dengan sabar dan tekun mendampingi siswa siswi untuk mau mencintai matematika, pelajaran yang sering jadi momok dan hantu di kelas.
Selalu menyenangkan kalau ingat diajar oleh Bu Sunarsih. Saya masih ingat, bagaimana beliau memotivasi siswa dengan mengatakan peta nilai matematika di provinsi DIY ketika itu.
"Anak-anak, jangan khawatir kalau nilai matematika kalian semester lalu ada yang kurang baik, karena saat ini hampir semua siswa di wilayah provinsi DIY sedang turun, kita masih berada di klaster terbaik nomor 2 di DIY, sehingga meski nilai ada yang kurang baik, itu sebenarnya karena tingkat kesulitan soal memang sedang tinggi...", demikian yang masih saya ingat.
Well... saya masih berusia 14 tahun ketika itu. Saya masih suka memburu rangking kelas yang kok ya gak sampai-sampai hehehe...
Dan nilai matematika saya bukan terbilang tinggi. Kalah dengan bintang kelas yang memang cerdas-cerdas.
Namun dengan informasi mapping tersebut, semangat saya terlecut. Setidaknya saya tidak ketakutan kalau pas pelajaran matematika.
Hari ini, Ahad (23/5/2021) Ibu Sunarsih akan memberikan sharing mengenai Parenting di komunitas Gembul 8487. Komunitas yang berisi semua murid-murid beliau ketika SMP. Sangat senang bisa berjumpa lagi dengan Ibu Sunarsih, pamong guru yang mengubah matematika menjadi cinta. Cinta kami kepada beliau, karena ketulusan dalam mendampingi siswa siswi.
Kepada bapak ibu guru SMP lainnya, ada moralitas cerita yang mungkin bisa diambil. Bahwa di balik sikap kekanak-kanakan siswa siswi SMP, ternyata mereka menyimpan memori apa pun yang Bapak Ibu ajarkan di SMP. Dan akan terus teringat hingga dewasa bahkan sampai tua.
Dan Ibu Sunarsih adalah kenangan terhebat yang kami miliki tentang cinta profesi matematika, bagaimana mengubah pelajaran menakutkan menjadi pelajaran yang penuh cinta.
Terima kasih Ibu..... semoga ilmu semakin barokah dan mohon maaf lahir batin apabila pernah salah kata khilaf sikap kami ketika Ibu ajari matematika, maupun dalam sesrawungan di SMP ketika itu.
Semoga Allah memberkahi kita semua, sehat sukses barokah. (23.05.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H