Jauh sebelum banyak Gus Gus bermunculan di tanah air seorang Kyai yang berdarah lurus langsung ke Hadratus Syech Hasyim Asyhari berani dengan sederhana menyebut dirinya sekedar dengan sebutan Gus.
KH Abdurahman Wahid akhirnya memang populer disebut sebagai Gus Dur, sebutan yang menandakan egalitarian dan kesederhanaan dari tokoh terkemuka tersebut.
Sampai sekarang bahkan masih punya jamaah yang istiqomah dengan sebutan sebagai Jamaah Gusdurian dengan partisipan lintas religi lintas kebangsaan. Selain tentu saja pondok pesantren di Jombang yang terus mengaji dan mengkaji ranah keislaman.
Konon saking populernya Gus Dur, saat ini semua tokoh muda - walaupun bukan darah kyai - sangat percaya diri menyebut dirinya sebagai Gus XXX, Gus YYY, dan lain sebagainya.
Sampai-sampai Cak Imin mengkoreksi namanya menjadi Gus Ami, padahal sudah telanjur terkenal sebagai Cak Imin.
Lihat link sebagai berikut. Cak ke Gus
Apa yang bisa kita pelajari dari Gus Dur di zona spiritual Lebaran Iedul Fitri Hari Kemenangan ini?
(1) Kesederhanaan
Tidak ada yang membantah betapa Gus Dus adalah figur yang sederhana sejak dari awal ketokohannya. Meskipun darah petinggi keagamaan sangat nyata dan memiliki pengaruh yang kuat, apalagi di kawasan Jawa Timuran. Gus Dur, semoga Allah merahmati dan memberkati beliau, adalah sosok yang sempat "sangat ditakuti" oleh Orde Baru sampai-sampai ada riwayat NU Tandingan di samping adanya NU beneran.
Toh, akhirnya happy ending kembali ke NU yang sejati. Geger orba versus NU
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!