Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Sahur Keliling Kampung

1 Mei 2021   09:47 Diperbarui: 1 Mei 2021   10:06 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahur on the road  itu pernah digelar oleh komunitas Indosweden yang tinggal di Jakarta. Berbagi sahur kepada setiap orang dengan jadwal bagi sekitar pukul02-04 an dini hari. Namun memang pandemi telah meluluhlantakkan sebagian tradisi. 

Semua kerumunan divonis akan menularkan covid19, dan bahkan akan dihukum seberat-beratnya. Ya memang tidak ada pilihan, karena India yang massive pada mandi di Sungai Gangga saja, akhirnya meledak kasus covid19 sampai ada data konon 30% kasus covid19 saat ini didominasi oleh India, bukan China.

Apapun kisahnya, banyak new normal bahkan abnormal atas tradisi sahur yang dirindukan. Akhirnya ya tradisi menjadi mati. Semuanya diem-diem bae, tidak ada "kerusuhan" di jam sahur yang disebabkan oleh kenthongan. tambur, bunyi-bunyian yang dilakukan oleh rombongan anak-anak. 

Ternyata itulah sifat manusia, khususnya saya sendiri, ketimbang menyalahkan orang lain. Dulu saya merasa terganggu dengan bunyi-bunyian itu, karena sedang enak-enaknya tidur lantas dibangunkan dengan pekik dan hiruk pikuk.

Namun ternyata itu menjadi sesuatu yang dirindukan.

Hampir semua muslim yang punya masa kanak-kanak di desa atau dusun, merindukan suasana hiruk pikuk di saat sahur.

Kenthongan, oncor atau api dari bambu, keliling kampung menyanyikan suara fals bin sumbang, "Sahurr.... sahurrr.................".

Sekarang itu hampir tidak ada. YA ada mungkin ya, tapi jarang ditemui. Bahkan dulu ada acara anak-anak nginep di masjid, pulangnya di waktu sahur sambil keliling teriak-teriak sahur-sahur.

Sekarang semua asyik di depan gadget. Tradisi sahur keliling kampung semakin jauh dari kisah Ramadhan.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun