Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Split Bill

25 Maret 2021   08:12 Diperbarui: 25 Maret 2021   10:40 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika di Malmo Sweden. Saya diajak jalan-jalan teman sekolah dari benua lain. Yang jelas bukan orang Indonesia, atau keturunan Indonesia. Dan saya diajak makan di sebuah warung kopi (coffee shop). Saya kege-eran merasa akan ditraktir. Jebulanya di akhir sesi, semua orang membayar sendiri-sendiri. Whe ladalah...., kok ya bikin kaget saja. Tiwas saya snacknya nombak nambah terus.

BSS ya.... begitu kalao di negara kita punya komitmen di depan sebelum ngafe. Yarwe yarwe, bayar dewe-dewe karena kleyan kan mahasiswa semua, gak usah sok kaya dengan nraktir pakai duit SPP. hehehe... kalau untuk orang dewasa, hobi nraktir dengan duit keluarga jiak berisiko dimarahi istri, khususnya yang member ISTI Ikatan Suami Takut Istri. Namun bagi suami yang kaya dan pemberani, ya biasa saja. Hawong duit tinggal nyetak. Hehe

Kembali ke traktir mentraktir. Kalau di negara kita biasanya memang yang mengajak ngafe atau ngajak makan, maka ia akan harus bertanggung jawab untuk membayari atau mentraktirnya. Namun kalau diajak, biasanya juga diam saja karena yang mengajak "pasti" bertanggung jawab. 

Berbeda dengan budaya Barat. Justru kalau tidak ada komitmen di depan, misal "the coffe will be on my pocket", berarti makan bayar sendiri-sendiri. Kalau ada komitmen, berarti bayar sendiri sendiri. 

Nah, sebagian negara juga punya tradisi "rebutan membayari". Misalnya di Uni Emirat Arab. Mereka justru akan tersinggung kalau kita makan bersama mereka, dan kita membayari. Ya bisa jadi karena memang arab UEA itu orangnya sugih sugih ya. Hawong binatang piaraannya saja singa dan macan. Mobil bisa dijejer di garasi gurun pasir, karena negara kaya dengan minyak dan gas. 


Namun orang-orang "modern" kayak Eropa Amerika, split bill alias yarwe yarwe adalah hal yang lazim.

Demikian halnya remaja mahasiswa Indonesia yang saat ini dihempas pandemi. Idealnya ya kleyan itu split bill saja, biar uang SPP tidak digerogoti biaya nraktir. Kecuali ada saat istimewa, atau ada donatur besar. Nah kalau itu ya silakans aja traktir mentraktir.

Ada mati ketawa alas Rusia di jaman dulu masalah traktir mentraktir ini. Ini guyon ya... jangan baper, bukan nyindir ataupun apa, ini guyon yang dulu pernah beredar. Bisa benar bisa salah. 

(1) Nraktir ala Amrik: yang ngajak gentleman akan membayari, namun harus disebut di depan. Kalau sekedar diajak 'ayao ngopi", berarti yarwe yarwe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun