Goal-nya mencetak seperti yang dikemukakan oleh Bu Risma, yakni kegelisahan mengapa banyak bencana alam namun psikolog yang dapat membantu sangat sedikit, karena harus berkualifikasi S2. Ya bisa jadi Bu Risma mewakili awam yang maunya psikolog itu banyak dan mudah ditemukan ketika ada musibah bencana alam atau kejadian psikologis lainnya.
Bagaimana dengan kurikulum, kualitas output yang diharapkan, proses seleksi dan sebagainya, silakan berdebat karena ini pasti bisa heboh jika dibawa ke forum Pendidikan Menengah atau bahkan ketika bahasan RUU Psikologi.
Saya mlipir dulu karena kalau di Barat, psikolog itu malahan harus bergelar Doktor sehingga intervensi psikologis yang dilakukan akan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan profesional.
Nah, silakan meluncur bola salju ini. Siapa tahu bisa kejadian beneran, SMK Psikologi Indonesia. (24.03.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H