Hipospadia menjadi mengemuka ketik anggota TNI yang awalnya berjenis kelamin wanita, lantas diijinkan secara formal untuk menjalani operasi menjadi lelaki. Berbeda dengan transgender yang memang mengubah lintas jenis kelamin, hipospadia adalah kelainan bawaan di mana seorang bayi lelaki memiliki bentuk alat kelamin yang berbeda dengan pada umumnya. Lubangnya tidak di ujung penis, melainkan di bawah leher, batang, atau bahkan di kantong zakar.
Bahkan ada ciri unik adanya bayi yang seakan sudah bersunat ketika lahir. Bayi yang kepala kulupnya langsung terbuka ketika lahir, masyarakat yang awam menudingnya sebagai "bayi disunat jin". Padahal kondisi demikian adalah kelainan genital yang perlu diseriusi dengan trimen medis terpadu untuk memulihkan jati diri jenis kelamin dari si bayi.
Faktor penyebabnya beragam. Bisa genetik karena maminya saat hami mengkonsumsi obat atau herbal yang malahan beracun bagi bayi, bisa karena kekurangan gizi, bisa juga karena polusi kimiawi di lingkungan sekitar yang sangat parah. Atau lebih parah lagi adalah kombinasi dari hal tersebut: malnutrisi, polusi, dan genetik.
Sebagian bayi dengan indikasi hipospadia terkait dengan kelahiran prematur, berat bayi rendah, dan ada juga yang berkorelasi dengan sejarah medis adanya hipertensi pada sang mami.
Tindakan operasi sampai saat ini dianggap sebagai satu-satunya cara untuk memulihkan posisi alat kelamin penderita hipospadia. Posisi sebagian besar hipospadia berpotensi tidak dapat berhubungan suami istri, karena bengkok ke bawah dan lubangnya menyebar di batang atau malahan di bawah zakar penderita ini. Sehingga ada yang menduga, jenis kelamin ganda atau malahan ke arah wanita.
Jadi hipospadia bukan bayi disunat jin. Namun kelainan bawaan yang perlu ditolong secara medis. (12.03.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H